Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Facebook dan Google Cemaskan Detik Kabisat yang Bisa Picu Kekacauan Internet

KOMPAS.com - Pekan ini, empat perusahaan besar di industri teknologi, yaitu Google, Microsoft, Meta, dan Amazon resmi meluncurkan inisiatif publik demi menghilangkan kebijakan waktu dunia yang disebut dengan detik kabisat (leap second).

Sederhananya, detik kabisat adalah satu detik yang ditambahkan regulator pengawas waktu global ke dalam penghitungan standar waktu dunia (International Atomic Time/Temps Atomique International (TAI)).

Dengan penambahan satu detik itu, regulator tersebut bakal menetapkan bahwa waktu 24 jam dalam satu hari akan dberakhir di pukul 23:59:60, alih-alih di pukul 23:59:59. Setelah penambahan waktu itu, barulah jam dunia atau hari akan berganti pada pukul 00:00:00.

Konon, penambahan detik kabisat ini dilakukan untuk menyesuaikan waktu dunia dengan pergerakan atau rotasi bumi dari waktu ke waktu. Sepanjang sejarah, detik kabisat sendiri disebut sudah ditambahkan sebanyak 27 kali dalam TAI.

Nah, karena waktunya bertambah satu detik, maka sistem komputer dan internet, yang biasa mengacu pada informasi waktu spesifik untuk pemrosesan data dan lain sebagainya, bisa mengalami kekacauan karena kekeliruan waktu.

Selain itu, internet, yang juga mengandalkan informasi waktu untuk menentukan proses transfer data antarkomputer dan lain sebagainya, juga bisa tumbang apabila platform digital yang ada di dalamnya tak menyesuaikan sistemnya ke "waktu terbaru". 

Kekacauan yang bisa terjadi ini menjadi alasan utama mengapa Google, Microsoft, Meta, dan Amazon meluncurkan inisiatif untuk menghapuskan penambahan detik kabisat.

Terlebih, keempat perusahaan teknologi besar itu menyebut bahwa masalah yang ditimbulkan dari penambahan detik kabisat akan lebih banyak dari benefit yang ditawarkan, yaitu waktu yang sesuai dengan rotasi bumi tadi.

Selain kekacauan yang bisa ditimbulkan, penambahan leap second terhadap TAI juga dianggap tidak penting, lantaran rotasi bumi belum mengalami perubahan signifikan sepanjang sejarah bumi itu sendiri.

Bahkan, seorang peneliti dari Meta, Ahmad Byagowi mengatakan bahwa tanpa adanya penambahan dalam detik kabisat, internet kemungkinan akan aman hingga ribuan tahun ke depan.

"Kami memprediksi bahwa jika tetap menggunakan sistem waktu TAI tanpa adanya penambahan detik kabisat, maka internet kita mungkin akan tetap baik-baik saja selama 2.000 tahun ke depan," ujar Byagowi, dikutip KompasTekno dari Cnet, Rabu (27/7/2022).

"Setelah ribuan tahun itu, barulah penambahan detik kabisat mungkin diperlukan," tambah Byagowi.

Byagowi melanjutkan bahwa penambahan detik kabisat sejatinya bakal memberikan efek buruk yang sangat signifikan bagi aneka perangkat lunak (software) di dunia.

"Terutama bagi software yang mengandalkan waktu atau pembuat jadwal supaya software tersebut berjalan dengan lancar," jelas Byagowi.

Tidak disebutkan apakah detik kabisat ini akan benar-benar dihilangkan di masa depan atau tidak.

Sementaraa itu, untuk mewujudkan inisiatif penghapusan detik kabisat, Google, Microsoft, Meta, dan Amazon turut menggandeng dua lembaga dunia yang berhubungan dengan standar informasi global. 

Mereka adalah National Institute of Standards and Technology (NIST) yang berlokasi di AS, serta Bureau International de Poids et Mesures (BIPM) yang berlokasi di Perancis.

Kehadiran dua lembaga ini diperlukan lantaran standar waktu dunia sejatinya tak ditentukan oleh perusahaan teknologi, melainkan oleh regulator yang mengawasi jam dunia.

Seperti disebutkan di atas, leap second pernah ditambahkan sebanyak 27 kali ke dalam TAI sepanjang sejarah. Dengan kata lain, sudah banyak kejadian atau kekacauan di internet yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.

Salah satunya adalah tumbangnya Reddit, Mozilla, LinkedIn, Yelp, hingga layanan pemesanan pesawat Amadeus ketika detik kabisat ditambahkan pada 2012 lalu.

Ada pula Cloudflare, layanan internet global untuk mempercepat sekaligus mengamankan transfer data di internet, yang mengalami kekacauan besar-besaran pada 2017 lalu.

Akibat penambahan detik kabisat, sistem Cloudflare mengalami kekeliruan waktu dan menumbangkan sejumlah situs web dan berbagai platform digital yang mengandalkan Cloudflare pada saat itu.

Seperti diketahui, sistem komputer biasanya dirancang secanggih mungkin untuk menghitung dan memproses angka-angka. Namun, kebijakan yang dibuat manusia, seperti leap second tadi, sejatinya bisa membuat komputer dan internet keliru dan berujung kekacauan.

Selain leap second, kebijakan penghitungan waktu serupa buatan manusia juga pernah membuat sistem komputer kacau. Salah satu yang paling populer adalah masalah (bug) yang dikenal sebagai "Y2K" atau "Year 2000" pada 1999-2000 lalu.

Bug Y2K

Pada akhir tahun 1999, bug Y2K sempat menimbulkan kekacauan di banyak database komputer ketika tahun beganti dari 1999 menjadi tahun 2000.

Pasalnya, banyak pihak yang membuat database tersebut hanya menyertakan dua digit nomor akhiran di tiap tahun saja, misalnya "80" untuk tahun 1980, "99" utuk tahun 1999, dan lain sebagainya.

Kemudian, setelah berganti tahun menjadi 2000, sistem database otomatis akan kacau dan penghitungan matematika di database tersebut juga akan ikut keliru. Sebab, sistem akan membaca tahun "00" alih-alih "100", sehingga seolah terbaca mundur.

Di samping bug Y2K, ada pula bug yang bakal muncul di tahun 2038, di mana sistem penanggalan dan waktu komputer akan "kembali ke masa lalu" setelah 19 Januari 2038 pukul 03:14:07 waktu UTC.

Anomali tersebut disebabkan oleh sistem komputer 32-bit yang tidak bisa menangani informasi biner atau angka yang lebih banyak dari yang telah ditentukan.

Solusi terkait masalah 2038 di sistem 32-bit ini konon tidak ada, namun berbagai sistem modern 64-bit kini disebut  sudah diperbarui demi membuat komputer bisa mencatat informasi waktu hingga miliaran tahun ke depan.

https://tekno.kompas.com/read/2022/07/27/19300067/facebook-dan-google-cemaskan-detik-kabisat-yang-bisa-picu-kekacauan-internet

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke