Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

TikTok Diblokir di Banyak Negara, Ada Apa?

Amerika Serikat saat ini sudah melarang instalasi aplikasi TikTok di HP milik atau yang disediakan untuk staff pemerintahan. Akan tetapi, regulator Negeri Paman Sam itu tampaknya ingin benar-benar memblokir TikTok secara keseluruhan.

Sebab, anggota Senat AS sedang menggodok regulasi baru, yakni "Restrict" yang memungkinkan pemerintah AS melarang teknologi asing yang dianggap berisiko, seperti TikTok.

Langkah serupa juga dilakukan pemeirntah Kanada yang melarang pegawai pemerintahan (PNS) untuk mengakses TikTok menggunakan smartphone milik pemerintah atau HP kantor.
Selain AS dan Kanada, Komisi Eropa juga mengharamkan TikTok terinstal di smartphone pegawai pemerintahan.

Aturan itu sudah berlaku di Belgia yang melarang PNS setempat mengakses TikTok lewat perangkat inventaris pemerintah untuk sementara waktu.

Pembatasan dan pemblokiran akses TikTok juga terjadi di beberapa negara lain, seperti India, Iran, Afghanistan, dan Pakistan. Lantas, mengapa banyak negara beramai-ramai membatasi akses TikTok?

Risiko keamanan jadi sorotan

Sebetulnya, alasan masing-masing negara membatasi akses TikTok berbeda-beda. Akan tetapi, faktor risiko keamanan menjadi sorotan utama di balik pembatasan akses TikTok di beberapa negara.

Amerika Serikat misalnya, khawatir apabila TikTok dan induk perusahaannya, ByteDance mengirim data sensitif, seperti informasi lokasi pengguna, ke pemerintah China.

Para regulator meyakini bahwa ada hukum yang berlaku di China, di mana pemerintah setempat bisa meminta data dari perusahaan China secara diam-diam untuk kepentingan intelijen, sebagaimana dihimpun dari The New York Times.

Mereka juga khawatir apabila pemerintah China memanfaatkan konten rekomendasi di TikTok untuk menyebarkan misinformasi.

Kekhawatiran yang sama juga terjadi di Kanada. Chief Information Officer of Canada mengatakan, aturan pembatasan akses TikTok di smartphone milik pemerintah diberlakukan karena TikTok dinilai memiliki potensi risiko keamanan.

“Keputusan menghapus dan memblokir TikTok di ponsel pemerintah dilakukan sebagai langkah pencegahan. Mengingat, adanya kekhawatiran rezim hukum yang mengatur tentang pengambilan informasi dari smartphone. Hal ini juga sejalan dengan mitra internasional kami,” tulis keterangan resmi pemerintah Kanada.

“Di smartphone, metode pengumpulan data yang dilakukan TikTok memungkinkan mereka mengakses konten yang berada di ponsel,” jelas keterangan tersebut, dihimpun dari CBC Canada.

Risiko keamanan juga menjadi alasan Komisi Eropa melakukan pembatasan akses TikTok. India, yang sudah memblokir TikTok sejak tahun 2020, juga beralasan bahwa pemblokiran dilakukan karena menduga TikTok telah mencuri dan mengirimkan data pengguna dengan cara ilegal.

Selain TikTok, India juga memblokir 59 aplikasi asal China lain, seperti WeChat, terkait isu keamanan nasional.

Alasan lain

Isu keamanan bukan satu-satunya alasan beberapa negara memblokir TikTok. Ada pula yang memberlakukan kebijakan itu karena isu politik, seperti yang dilakukan Taiwan.

Taiwan melarang penggunaan TikTok dalam tingkat federal pada Desember 2022. Hal ini dilakukan karena pemerintah Taiwan mencurigai pemerintah China melakukan perang kognitif (cognitive warfare) pada Taiwan.

Untuk diketahui, perang kognitif adalah penggunaan opini publik sebagai senjata untuk memengaruhi kebijakan publik dan pemerintah.

Mengingat TikTok bukan satu-satunya platform yang berpotensi menjadi senjata, Taiwan juga melarang aplikasi Douyin yang mirip TikTok dan aplikasi gaya hidup Xiaohongshu.

Lain lagi dengan Pakistan yang sempat beberapa kali memblokir TikTok karena menampilkan konten yang dianggap tidak senonoh dan tak bermoral.

Sementara itu, kelompok Taliban yang mengambil alih kekuasaan Afghanistan melarang akses TikTok pada April 2021.

Mereka menilai TikTok membawa dampak negatif kepada generasi muda Afghanistan dan tidak konsisten dengan hukum Islam yang berlaku.

Tanggapan TikTok

TikTok beberapa kali menepis tudingan bahwa mereka terafiliasi dengan pemerintah China.

CEO TikTok, Shou Chew belum lama ini menegaskan bahwa TikTok tidak pernah menerima permintaan berupa informasi pribadi atau catatan komunikasi yang sensitif milik pengguna asal Amerika, dari pemerintah China.

Kalaupun ada permintaan, Chew mengeklaim bahwa TikTok tidak akan mematuhinya. Sebagai bukti, TikTok mengambil inisiatif untuk memblokir data pengguna AS dari seluruh organisasi globalnya.

Mereka meng-hosting data pengguna AS di server yang dioperasikan oleh Oracle, raksasa teknologi AS sendiri. Saat menanggapi pemblokiran di Belgia, TikTok juga mengaku kecewa.

"Kami kecewa dengan penangguhan yang didasarkan pada kesalahan informasi tentang perusahaan kami," kata TikTok.

TikTok mengaku siap untuk duduk dan bertemu dengan pejabat berwenang untuk meluruskan kesalahpahaman, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari GizChina, Selasa (14/3/2023).

https://tekno.kompas.com/read/2023/03/16/08000047/tiktok-diblokir-di-banyak-negara-ada-apa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke