Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Huawei Tak Bisa Bikin Chip Canggih Tanpa Teknologi Amerika

Musababnya adalah chipset yang "mengotaki" Huawei Mate 60 Pro. Memang, saat peluncuran, Huawei tidak secara terang-terangan mengumbar chipset yang disematkan di ponsel anyarnya.

Namun, perusahaan riset TechInsights menemukan chip yang dipakai di Mate 60 Pro adalah Kirin 9000s yang dirancang oleh Huawei bersama Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) yang berbasis di Shanghai, China.

Kirin 9000s terbilang chipset yang cukup canggih, lantaran sudah menggunakan fabrikasi 7 nanometer (nm) dan sudah mendukung konektivitas generasi kelima. Semakin kecil fabrikasi, maka chipset akan semakin canggih.

Nah, AS mencurigai bahwa Kirin 9000s dirancang menggunakan teknologi Amerika. Padahal, Huawei dan SMIC sudah masuk daftar hitam (entity list). Perusahaan yang masuk dalam daftar itu, tidak bisa sembarangan bahkan terlarang memakai teknologi AS, kecuali atas izin Departemen Perdagangan AS.

Anggota DPR AS Mike Gallagher meyakini, Huawei dan SMIC, tidak bakal bisa merancang chip berfabrikasi 7nm seperti Kirin 9000s, tanpa teknologi Amerika.

"Chip ini kemungkinan tidak akan bisa dibuat tanpa menggunakan teknologi Amerika dan SMIC kemungkinan telah melanggar Peraturan Produk Asing Langsung dari Departemen Perdagangan," kata Gallagher, dikutip dari Reuters.

Adapun peraturan Produk Asing Langsung yang disinggung Gallagher, melarang perusahaan mana pun di dunia, memakai peralatan AS untuk memproduksi chip bagi Huawei.

Akan tetapi, menurut laporan Reuters, pemasok Huawei dan SMIC, sudah menerima biaya lisensi bernilai miliaran dollar AS untuk menjual teknologi AS ke dua perusahaan China itu, meskipun mereka masuk daftar hitam. Lisensi inilah yang kemungkinan dimanfaatkan Huawei dan SMIC. Menurut laporan, sekitar 90 persen lisensi dijual ke SMIC.

Secara teori, SMIC tak lagi mendapat akses langsung ke aneka teknologi AS untuk memproduksi chip dengan arsitektur 10 nm atau yang lebih canggih lagi, sejak masuk daftar hitam.

Aturan itu juga membuat SMIC dilarang memakai mesin extreme ultraviolet lithography (EUV), bikinan perusahaan Belanda, ASML. Mesin ini pula yang sedianya dipakai untuk memproduksi chip 7 nm atau yang lebih canggih.

Merasa kecolongan, Gallagher pun menyerukan untuk memblokir akses ekspor teknologi ke Huawei sepenuhnya.

"Waktunya sudah tiba untuk memutus semua ekspor teknologi AS ke Huawei dan SMIC untuk menegaskan pihak yang melanggar hukum AS dan yang menyepelekan keamanan nasional (AS), akan terputus dari teknologi kami," tambahnya.

Kirin 9000S merupakan chipset pertama dari SMIC yang dirancang dengan desain fabrikasi 7 nanometer. Sementara itu, chip terakhir kali yang pernah dibuat SMIC adalah chip berfabrikasi 14 nanometer.

SMIC mulai menghadapi kendala dalam memproduksi chip canggih karena perusahaan masuk entity list AS sejak Desember 2020. Bernasib sama, Huawei juga turut masuk daftar hitam pada Mei 2019 karna adanya masalah keamanan nasional.

Perusahaan yang masuk daftar hitam tidak bisa bebas menggunakan teknologi dari perusahaan Amerika, kecuali atas seizin Departemen Perdagangan AS.

Sebagaimana dikutip KompasTekno dari Toms Hardware, Rabu (13/9/2023), selama pembatasan aktivitas eksport berlangsung di 2020, seluruh perusahaan teknologi di AS yang ingin memasok peralatan teknologi ke Huawei memerlukan surat izin ekspor (lisensi) dari Bureau of Industry and Security (BIS) AS.

Dikarenakan ada banyak penolakan aktivitas ekspor dari perusahaan pemasok AS, Huawei kehilangan banyak akses dan gagal bersaing dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) dan Samsung Electronics dalam memproduksi chip dengan fabrikasi rendah.

Akhirnya, Huawei pun menunggu SMIC mampu menyempurnakan chipset berfabrikasi rendah, 7nm.

Performa Kirin 9000S

Kirin 9000S merupakan chipset flagship Huawei yang memiliki CPU (prosesor) berjumlah delapan inti (octa-core).

Delapan inti tersebut terdiri dari satu buah CPU performa tinggi dengan kecepatan clock 2,62 GHz, tiga buah CPU kelas menengah dengan kecepatan clock 2,15 GHz, dan empat CPU hemat daya dengan kecepatan lock 1,5 GHz.

Performa dari CPU ini kurang lebih setara dengan chipset kelas atas dari Qualcomm yang meluncur pada Desember 2020 lalu, yakni Snapdragon 888.

Pasalnya, chipset ini dibekali CPU octa-core yang terdiri dari satu inti CPU performa tinggi dengan kecepatan clock 2,84 GHz, tiga inti CPU menengah (clock speed 2,42 GHz), dan empat inti CPU hemat daya dengan kecepatan clock 1,8 GHz.

Adapun kecepatan clock tertinggi di CPU chipset Snapdragon 8 Gen 1 dan Snapdragon 8 Gen 2 masih jauh di atas Kirin 9000S, masing-masing mencapai 3 GHz dan 3,2 GHz.

Dalam pengujian benchmark Geekbench 5, chipset Kirin 9000S diklaim memiliki performa single core mencapai 1.005 poin dan multi core sebesar 4.019 poin.

Hasil skor Geekbench 5 untuk performa single ini masih belum melampaui sejumlah smartphone yang ditenagai oleh Snapdragon 888, Snapdragon 8 Gen 1, ataupun Snapdragon 8 Gen 2.

Berdasarkan pengujian Geekbench, ponsel yang ditenagai dengan chipset Snapdragon 888, Snapdragon 8 Gen 1, dan Snapdragon 8 Gen 2 memiliki skor performa single core sekitar 1.100 poin, 1.200 poin, dan 1.500 poin.

Kendati begitu, skor performa multi-core ponsel Snapdragon 888 dan Snapdragon 8 Gen 1 lebih rendah dari Kirin 9000S dengan kisaran 3.700-3.800 poin. Sementara itu, skor multi core Snapdragon 8 Gen 2 masih jauh dari Kirin 9000S dengan kisaran 5.100 poin.

https://tekno.kompas.com/read/2023/09/13/10300027/huawei-tak-bisa-bikin-chip-canggih-tanpa-teknologi-amerika

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke