Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Skema MOCN Rangsang Merger Operator Seluler

Skema yang disebut sebagai MOCN (multi operator core network) atau juga MORAN (multi operator radio access network) diakui sangat menghemat biaya.

MOCN memungkinkan operator jaringan menyediakan akses ke jaringan akses radio tunggal oleh operator lain. Setiap operator mengoperasikan jaringan intinya sendiri, termasuk satu atau lebih node independen.

Dalam skema MORAN, semua yang ada di RAN (antena, menara, situs, daya) dibagi antara dua atau lebih operator.

Dengan MOCN, dua atau lebih jaringan inti berbagi RAN yang sama, artinya operator saling berbagi, yang membuat operator lebih mempercepat proses konsolidasi.

Skema berbagi jaringan seperti ini membuat bagi-bagi pendapatan (revenue sharing) yang selama ini banyak dipersoalkan (terutama oleh operator papan atas) dapat dieliminir.

Pendapatan satu jaringan yang digunakan dua operator yang merger akan masuk ke satu pintu, BHP (biaya hak penggunaan) frekuensi juga hanya dibayarkan satu operator.

Menurut pengalaman berbagai operator yang telah melakukan network sharing dengan skema MOCN, sharing membawa banyak manfaat. Terjadi penghematan biaya modal (capex – capital expenditure) maupun biaya operasi (opex – operational expenditure) rata-rata sebesar 40 persen.

Sayangnya Indonesia masih belum punya aturan soal kerja sama infrastruktur seperti MOCN dan MORAN, sehingga belum memungkinkan terjadinya sharing prasarana antara dua atau lebih operator seluler.

Apa yang dilakukan Indosat, tanpa melawan aturan yang belum ada, menyatukan spektrum frekuensi, teknologi dan BTS (base transceiver station) milik Indosat dengan Hutchison Tri Indonesia (3).

Perluas jaringan

Efek merger Indosat dengan Hutchison 2021, pada 2022 MOCN meningkatkan pendapatan hingga 48,9 persen, dari Rp 31,4 triliun menjadi Rp 46,7 triliun lebih.

EBITDA (earns before interest, tax, depreciation and amortization – pendapatan sebelum bunga, pajak, penghapusan dan amortisasi), tercatat Rp 19,5 triliun meningkat 40,2 persen, dengan margin EBITDA 41,6 persen.

Setelah puasa sekian lama, skema MOCN membuat Indosat meraih laba bersih Rp 4,723 triliun, naik dengan 76,2 persen dibanding akhir 2021.

Pelanggan seluler pun meningkat 62,5 persen menjadi 102,2 juta, walau kemudian turun menjadi 100 juta efek upaya pembersihan nomor-nomor pelanggan yang lama tidak aktif.

Kenaikan pendapatan Indosat tidak berhenti sampai akhir 2022, mereka berhasil meraih kenaikan pendapatan sebesar 8,48 persen pada triwulan III 2023 sebesar Rp 37,46 triliun, naik dari Rp 34,5 triliun pada periode sama tahun 2022.

Namun memang labanya justru turun dari Rp 3,64 triliun menjadi Rp 2,78 triliun, antara lain akibat meningkatnya beban perusahaan dari Rp 26,51 triliun menjadi Rp 30,39 triliun.

Pola MOCN membantu Indosat memperluas jaringannya yang telah 100 persen terintegrasi ke pelosok pedesaan.

Pelanggan Indosat dapat menikmati pengalaman digital yang lebih baik, didukung jangkauan jaringan yang lebih luas dengan tambahan lebih dari 700 kecamatan.

Caranya, ketika beberapa tempat terdapat dua BTS dari Indosat dan 3, salah satu direlokasi ke tempat yang masih belum terjangkau layanan mereka.

Selain relokasi, mereka juga melakukan modernisasi BTS, dengan mengganti BTS 4G dengan BTS 4G LTE yang lebih canggih.

Kualitas layanan di dalam ruangan juga lebih baik dengan tambahan cakupan 32 persen populasi, pengalaman internet yang lebih cepat hingga dua kali lipat.

Kecepatan unduh dan latensi yang lebih baik meningkatkan sekitar 20 persen pengalaman pelanggan untuk layanan utama seperti video streaming dan gaming.

Merangsang merger

Indosat terus mengurangi kesenjangan akses digital dengan fokus perluasan jaringan di wilayah timur Indonesia dan jaringannya berhasil menjangkau 88 persen populasi di wilayah NTB dan 86 persen populasi di NTT.

Selain itu, Indosat mendorong kolaborasi dan ko-kreasi melalui peluncuran Indosat Marvelous Xperience Center (Indosat MX Center) yang menghadirkan berbagai inovasi dengan teknologi 5G, kecerdasan buatan (AI), dan Internet of Things (IoT).

Kelebihan merger dengan pola MOCN Indosat tampaknya membuat selentingan akan mergernya dua operator, XL Axiata dan Smartfren Telecom semakin kencang.

Sudah ada kabar, valuasi Smartfren diperkirakan akan di bawah Rp 50 per saham, padahal beberapa waktu lalu mereka menjual dengan harga Rp 79 per saham.

Keduanya kini saling berlomba untuk lebih unggul agar mereka bisa menjadi operator pengendali, sementara perfomansi XL Axiata selama ini jauh mengungguli Smartfren.

Pelanggan XL Axiata 58 juta, Smartfren 34 juta, XL punya BTS 170.000 lebih, Smartfren 43.000, capex XL tahun ini Rp 8 triliun, Smarfren Rp 3 triliun.

Pendapatan XL pada semester 1 tahun ini Rp 15,76 triliun laba Rp 650 miliar, Smartfren Rp 2,79 triliun, rugi Rp 163,23 miliar.

Senin (22/11) lalu, kinerja XL Axiata triwulan ketiga 2023 ditampilkan, dengan kenaikan 10 persen pendapatan menjadi sebesar Rp 23,88 triliun dan laba Rp 1,02 triliun. Berapa bagus performansi Smartfren, baru akan diumumkan pada Jumat (24/11) petang.

XL boleh merasa akan jadi pengendali kalau merger terjadi, namun siapa tahu Kelompok Sinar Mas yang kaya raya dengan ratusan anak usaha dan ratusan triliun rupiah harta pula, tidak akan mau jadi minoritas.

Mereka bisa saja melakukan top up sampai titik di mana posisi pengendali XL Axiata terlampaui.

Publikasi kinerja triwulan ketiga kedua operator tadi dilakukan jauh sesudah Indosat dan Telkomsel yang mengumumkannya pada pekan pertama November.

Bisa jadi mereka mengumumkan setelah melakukan berbagai “polesan” pada laporan keuangannya, demi menjadi pengendali kalau merger terwujud.

https://tekno.kompas.com/read/2023/11/23/11482617/skema-mocn-rangsang-merger-operator-seluler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke