Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajal Kacamata 3D "Rp 10 Juta" ala Sony

Kompas.com - 13/01/2014, 09:20 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Seorang pengunjung mencoba headgear Sony HMZ-T3 dalam acara peluncuran PlayStation 4 di Jakarta, Kamis (9/1/2014)

KOMPAS.com — Bersama dengan peluncuran PlayStation 4 di Jakarta pada Kamis (9/1/2013) lalu, Sony Indonesia turut melepas perangkat Head-Mounted Display HMZ-T3W ke pasaran Tanah Air.

Oleh Sony, aksesori yang dikategorikan sebagai "Personal 3D Viewer" di situs resminya ini dibanderol dengan harga lumayan fantastis, mencapai kisaran Rp 10 juta.

Tentu, angka tersebut menimbulkan rasa penasaran mengenai perangkat yang bersangkutan. Di tengah-tengah tren wearable device yang turut memunculkan sejumlah perangkat serupa ke permukaan, seperti apa kemampuan yang ditawarkan HMZ-T3W?

Konsol game hingga smartphone

Seperti perangkat lain sejenisnya, Sony HMZ-T3W berbentuk headgear yang dipasang di kepala pengguna dan dilengkapi visor yang ditempatkan di depan mata.

Di bagian atas headgear HMZ-T3W terdapat penyangga untuk ditempatkan di dahi, sementara dua buah tali pengikat yang bisa disesuaikan panjangnya diletakkan di bagian belakang untuk memantapkan posisi di kepala.

Sony
Headgear Sony HMZ-T3

Sisi bawah unit headgear memuat beberapa tombol kontrol untuk mengatur hal-hal seperti volume suara dan navigasi menu. Ada pula sepasang slider yang dipakai untuk memfokuskan gambar yang ditampilkan oleh layar di dalamnya.

HMZ-T3W memperoleh input lewat kabel HDMI yang dicolok ke sebuah kotak berisi unit pemroses data. Unit headgear sendiri beroperasi dengan baterai eksternal yang terhubung dengan headgear melalui kabel.

Input bisa didapatkan dari perangkat apa pun yang memiliki keluaran video HDMI, seperti Blu-ray player, konsol game, hingga gadget mobile seperti smartphone dan tablet melalui koneksi Mobile High-definition Link (MHL) yang juga disediakan.

oik yusuf/ kompas.com
Bagian bawah Sony HMZ-T3 memuat sejumlah tombol kendali

Sony mengklaim baterai HMZ-T3 bisa bertahan hingga 7 jam sehingga memungkinkan perangkat ini dipakai secara mobile, misalnya untuk menonton film lewat gadget mobile selagi bepergian dengan pesawat terbang.

Di samping unit headgear, HMZ-T3 turut menyertakan sepasang headphone yang sanggup menghasilkan suara surround virtual "7.1" dengan dukungan berbagai macam standar audio seperti Dolby Digital, DTS, dan Dolby TrueHD.

TV di depan mata

Sony mempromosikan HMZ-T3W sebagai perangkat yang menawarkan pengalaman menonton "televisi layar besar". Maksudnya, dengan memakai alat ini, pengguna akan merasa seolah-olah berhadapan dengan TV berukuran "750 inci yang dilihat dari jarak 20 meter".

Deskripsi tersebut sedikit banyak juga menggambarkan positioning dari perangkat ini, yaitu sebagai medium hiburan visual home entertainment semacam televisi. Hanya, layarnya ditempatkan persis di depan mata pengguna.

Mekanisme kerjanya mirip-mirip dengan kacamata 3D, di mana HMZ-T3W memiliki sepasang layar OLED dengan resolusi 1280x720 yang masing-masing menyajikan gambar untuk mata kanan dan kiri. Gambar tersebut kemudian disatukan secara otomatis oleh otak sehingga pengguna memperoleh tampilan satu layar.

oik yusuf/ kompas.com
Sony HMZ-T3 memiliki sepasang layar yang masing-masing menampilkan gambar dengan resolusi 1280x720

Bedanya dengan kacamata 3D konvensional, HMZ-T3W "mengurung" mata pengguna dalam headgear sehingga menghasilkan sensasi seolah-olah menonton TV di home theater yang gelap. Dengan dua layar miliknya tadi, headgear ini pun mendukung visualisasi 3D stereoscopic, di samping tampilan 2D konvensional dengan frame rate 24 FPS.

Terdengar mirip Oculus Rift? Tidak juga. Perbedaan mendasar antara dua perangkat itu terletak pada teknologi proyeksi yang digunakan.

Proyeksi Wide Stereo 3D dari Rift seolah-olah "menenggelamkan" pemakainya di alam 3D virtual, melongok lewat HMZ-T3W terasa lebih mirip melihat televisi besar yang menggantung di depan mata.

"TV" yang ditampilkan HMZ-T3W itu akan tetap berada di depan mata pengguna ketika menengokkan kepala ke arah lain. Ketika melirikkan mata ke kanan dan kiri pun, yang tampak hanya bidang gelap. Sensasinya persis seperti melihat layar di tengah-tengah kegelapan ruang bioskop.

HMZ-T3W memang bukan ditujukan sebagai tandingan Rift. Perbedaan teknologi menghasilkan sensasi dan positioning produk yang berbeda pula.  

Skenario penggunaan HMZ-T3W pun lebih luas. Apabila headgear virtual reality dari Oculus itu hanya bisa optimal jika digunakan bermain game yang mendukung teknologinya, maka HMZ-T3W bisa dipakai dengan aneka macam perangkat audio-video yang memiliki keluaran HDMI, termasuk konsol game serta tablet dan smartphone.

Sayang, perangkat yang pertama kali diperkenalkan pada September 2013 ini masih terasa kurang nyaman di kepala, harganya pun boleh dibilang termasuk tinggi untuk kebanyakan konsumen.

Kendati demikian, pihak Sony tetap memantapkan diri memasarkan perangkat ini di Tanah Air. HMZ-T3W sudah mulai beredar di Indonesia mulai bulan Januari 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com