Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Go-Jek, Antar Ular Piton dan Bule "Ngojek" Jakarta-Bali

Kompas.com - 21/01/2015, 20:08 WIB
Oik Yusuf

Penulis

"Untuk musim hujan seperti sekarang, karena banyak permintaan, kami akan lengkapi juga para pengendara Go-Jek dengan jas hujan untuk penumpang," lanjut Nadiem.

Pengendara Go-Jek direkrut antara lain melalui iklan di sejumlah media cetak. Pelamar tak mesti memiliki pengalaman sebagai tukang ojek, syaratnya hanya memiliki sepeda motor dengan kelengkapan standar dan tidak punya pekerjaan tetap selama jam kantor dari pukul 09.00 pagi hingga 17.00.

Staf Go-Jek kemudian akan memeriksa latar belakang pengendara yang bersangkutan dan meminta jaminan berupa dokumen-dokumen, seperti kartu keluarga, akta kelahiran, dan surat nikah. Setelah mulai bekerja, Go-Jek mengambil komisi 20 persen dari pendapatan pengendara.

Soal keselamatan menjadi tanggung jawab masing-masing penumpang dan pengendara karena belum disediakan asuransi menyangkut hal ini. Begitu juga dengan perawatan kendaraan yang mesti ditangani sendiri oleh pengendara.

Helm hijau Go-Jek menjadi salah satu penanda identitas pengendara ojek yang tergabung dalam layanan ojek panggilan tersebut

Meski demikian, beberapa pengendara Go-Jek yang ditemui Kompas Tekno mengaku terbantu dengan kehadiran layanan tersebut. Pengendara ojek bernama M Zakaria yang biasa mangkal di Blok-M, misalnya, mengatakan bisa bekerja lebih teratur setelah bergabung dengan Go-Jek.

"Termasuk juga ketika mengemudi, soalnya kami tak boleh ngebut ataupun naik ke trotoar," katanya.

Lain lagi pengakuan Riyanto, pengendara Go-Jek yang berdomisili di bilangan Tendean, Jakarta Selatan. Pria mantan pegawai salon ini mengalami kenaikan pendapatan setelah bergabung dengan Go-Jek, dari sekitar Rp 150.000 per hari menjadi Rp 400.000.

Lebih jauh, saat telah berkiprah di Go-Jek, Riyanto bercerita pernah diminta ngojek dari Jakarta ke Bali, dengan total bayaran mencapai jutaan rupiah. Ketika itu dia menyusuri Pulau Jawa lewat jalur selatan.

"Penumpangnya orang bule, sedang membuat dokumenter. Selesai itu kami naik pesawat kembali ke Jakarta, motornya dipaketkan. Sampai sekarang dia masih jadi pelanggan saya," kata Riyanto.

Saat ini, Nadiem mengatakan, Go-Jek sudah bermitra dengan sekitar 1.000 orang pengendara di seputar Jabodetabek. Kebanyakan berjenis kelamin laki-laki, hanya 4 orang pengendara yang datang dari kaum hawa.

Dia mengatakan, sejauh ini pihaknya belum menemui rintangan dari regulator terkait dengan kegiatan operasional Go-Jek. Nadiem pun berniat memperluas wilayah layanan dari kini yang sebatas Jabodetabek agar bisa mencakup kota-kota besar lain.

Mengandalkan promosi lewat media sosial, Nadiem berharap Go-Jek nantinya bisa membantu semua penumpang ojek dalam menggunakan transportasi andalannya. Para tukang ojek pun tak perlu mangkal lagi karena cukup mengandalkan pesanan yang masuk dari smartphone.

"Inilah the power of informal economy. Apa pun yang informal selalu bisa ditingkatkan dengan teknologi," pungkas Nadiem.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com