Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Project Zero" Samsung dan Keajaiban Sungai Han

Kompas.com - 10/03/2015, 09:15 WIB
Ary Wibowo

Penulis

John Naisbitt, dalam Global Paradox: The Bigger the World Economy, the More Powerful Its Smallest Players (1994), menuliskan analisisnya bahwa Asia bakal menjadi pusat dunia. Suatu saat nanti, menurut futurulog asal AS tersebut, wilayah Asia Pasifik akan "didestinasikan" untuk memimpin ekonomi global dunia.

"Ramalan" Naisbitt itu pun perlahan terbukti, antara lain ketika melihat perkembangan Korsel menjadi salah satu negara industri terbesar di Asia, bahkan dunia. Lima Jaebol, sebutan untuk perusahaan besar penggerak ekonomi di Korsel—yakni Samsung Group, Hyundai-Kia, SK, LG, dan Lotte—kini sudah melebarkan sayapnya di dunia.

Korsel juga sudah menjadi penantang serius bagi "guru"-nya, Jepang dan AS. Lihat saja perjalanan Samsung, perusahaan yang awalnya berbisnis bahan kebutuhan pokok pada awal 1930-an, sekarang sudah bersaing sengit dengan kedua negara tersebut. Untuk kategori pasar ponsel pintar dunia, misalnya, Samsung telah menguasai 25,2 persen (AFP edisi 8 Juni 2014).

Kesuksesan Samsung menjadi "raja" di dunia smartphone itu diraih tak semudah laiknya membalikkan telapak tangan. Mereka terus berinovasi dalam produk-produknya untuk menjawab berbagai tantangan, seiring industri-industri besar di AS dan Jepang perlahan-lahan surut "termakan" zaman.

"Project Zero"

Bukan berarti Samsung dan industri Korea lalu berpuas diri. "Kami mengambil langkah ke belakang dan kembali ke awal, back to basic," ujar Manager Global Product Planning Samsung Min Seok-kang dalam World Mobile Congres 2015 di Barcelona, Spanyol, Senin (3/3/2015). Kalimat itu menjadi pengantar saat dia memperkenalkan produk ponsel seri Galaxy terbaru, S6 dan S6 Edge.

Galaxy S6 dan S6 Edge tidak meneruskan rancangan desain dari model-model terdahulu seri Galaxy S, tetapi dibuat dari nol. Rancangan kedua gadget itu menggunakan nama sandi "Project Zero". Bisa dibilang, Galaxy S6 dan S6 Edge adalah hasil pembelajaran atas pelbagai produk Samsung sebelumnya.

Oik Yusuf/Kompas.com
Samsung merilis duo Samsung Galaxy S6 di Barcelona, Minggu petang (1/3/2015) waktu setempat

Terlebih lagi, sejarah dibuat untuk memproyeksikan masa depan yang lebih baik. Dalam "Project Zero", Samsung mengerti betul pentingnya merefleksikan diri "ke belakang" untuk memulai perubahan. Salah satu perubahan itu, misalnya, terdapat pada material logam dan kaca yang kini menjadi bahan utama cangkang, menggantikan bahan plastik yang pada seri Galaxy S kelas atas sebelumnya terus dihujani kritik.

Selain itu, Galaxy S6 dan S6 Edge itu juga berganti tubuh dengan desain unibody dan baterai terintegrasi, yang belum pernah diterapkan dalam seri-seri S sebelumnya. Selain desain, kinerja perangkat tersebut juga diperbaharui dengan teknologi yang termasuk sangat tinggi. (Baca: Kesan Pertama Menggenggam Galaxy S6 dan S6 Edge).

Ponsel terbaru Samsung itu tak hanya menggunakan bodi aluminium, tetapi juga memakai prosesor dan layar buatan sendiri. Samsung sejak lama telah mengembangkan prosesor Exynos yang seperti Snapdragon buatan Qualcomm—prosesor yang selama ini ditanamkan di ponsel pintar premium Samsung—juga berbasis arsitektur system on chip dari ARM. Layar Amoled pada S6 Edge bahkan akan sulit ditiru para kompetitor. 

Min Seok-kang mengatakan, secara keseluruhan, Galaxy S6 dan S6 Edge menganut konsep "beauty meets purpose", yang membuat setiap elemen ponsel tidak hanya didesain dengan indah, tetapi juga fungsional. Konsep itu juga yang menjadi faktor utama keputusan Samsung mencoba back to basic, demi menjaga kepuasan konsumennya di berbagai belahan penjuru dunia.

Dok. Samsung
Samsung Galaxy S6 DAN S6 Edge

Toh, dalam bidang kehidupan apa pun, kesalahan besar ataupun kecil yang berujung pada kegagalan adalah hal biasa. Namun, yang terpenting, kesalahan-kesalahan itu harus pula dijadikan sumber inspirasi dan motivasi untuk meraih kesuksesan pada langkah-langkah berikutnya.

Perjuangan Samsung adalah salah satu potret nyata bahwa bagi rakyat Korsel tidak ada yang mustahil di dunia. Sejarah suram bangsa menjadi penyemangat untuk membuat perubahan. Oleh karena itu, tidak heran pula mengapa eksistensi "mukjizat Sungai Han" selalu terpatri dalam perjalanan mereka, meski zaman silih berganti.

Tujuan Samsung beserta para Jaebol lain hanya satu, hasil karya bangsa mereka sendiri mampu merajai dunia. Mereka akan terus bekerja keras mencari cara agar produk-produk terbarunya menjadi yang terbaik sekaligus menampilkan keindahan tanpa batas, laiknya aliran Sungai Han di kala senja yang menawan.

"Meskipun bisa jadi kita tak bisa mencapainya pada masa hidup kita, mari bekerja demi anak cucu kita agar mereka bisa hidup dalam kemakmuran, seperti orang-orang lain di dunia." - Park Chung-hee

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com