Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segera Hadir, 4 Teknologi Penghemat Baterai Paling Top

Kompas.com - 10/11/2015, 13:35 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

KOMPAS.com - Semakin tipis, sebuah smartphone semakin diminati pasar. Tren ini bersamaan dengan permintaan masyarakat yang semakin tinggi atas smartphone cepat dengan berbagai inovasi fitur.

Semua itu memerlukan daya tak sedikit. Untuk itu, para vendor harus putar otak untuk menggodok software yang mumpuni dalam hal penghematan baterai.

Tapi fitur penghemat baterai yang beredar saat ini tampaknya masih dianggap kurang maksimal. Untuk itu, beberapa pengembang tengah menggodok teknologi yang diklaim akan menghemat baterai secara signifikan tanpa ada perubahan pengoperasian yang berarti.

1. Waldio

Teknologi yang masih dalam bentuk proposal ini diklaim akan menghemat baterai hingga 39 persen dengan kecepatan yang juga bisa ditingkatkan.

Hal tersebut dimungkinkan dengan memonitor kapasitas penyimpanan internal. Tim peneliti dari Hanyang University di China menemukan, ponsel yang digunakan lebih dari setahun akan menunjukkan penuaan kemampuan.

Hal ini ditandai dengan melambatnya respon ponsel atas perintah pengguna. Sebab, sudah terlalu banyak data yang tertulis pada memori internal.

Dengan Waldio, hal ini dapat diatasi. Mekanismenya dengan mengoptimalkan sistem basis data agar sistem bisa menurunkan kapasitas data tertulis di memori internal hingga 1/6 kali lipat dari ukuran orisinil.

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang teknologi Waldio.

2. Pure Lithium Anodes

Pada 2014 lalu, tim peneliti dari Stanford University menemukan cara untuk meningkatkan ketahanan baterai lithium yang digunakan pada smartphone. Yakni dengan memadatkan lithium pada anoda baterai.

Hal itu dimungkinkan dengan pemrosesan tertentu yang menghasilkan paket baterai baru. Para peneliti telah mencoba membuat paket baterai tersebut.

Hasilnya, ketahanan baterai diklaim dapat meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan baterai smartphone saat ini.

3. Konvertor RF-DC

Konektivitas yang dimanfaatkan oleh smartphone memanfaatkan gelombang radio. BTS untuk kartu SIM, Wi-Fi dan Bluetooth. Semuanya menghasilkan arus frekuensi radio yang berisi energi.

Tim peneliti dari Ohio State University telah menemukan cara untuk mengisi daya ponsel dengan memanen frekuensi radio untuk kemudian dikonversi menjadi arus DC.

Mekanismenya hampir serupa dengan pengisian daya wireless yang tengah tren untuk perangkat high-end saat ini.

4. Hush

Aplikasi ini dikembangkan oleh tim gabungan dari Purdue University, Intel dan startup Mobile Enerlytic. Saat ini, Hush tengah diuji coba kelayakannya.

Jika sesuai harapan, aplikasi ini bisa menghemat baterai hingga 16 persen tanpa membuat pengguna merasa ada perubahan dalam penjajalan ponsel.

Mekanismenya berfokus pada pengaturan daya pada layar. Sebuah studi menemukan bahwa smartphone Android tetap mengkonsumsi daya ketika layar dimatikan.

Pemrosesan background bahkan bisa mencapai 45,9 persen dari konsumsi energi ponsel. Sayangnya, energi tersebut banyak diserap oleh software tak penting.

Hush berperan memonitor aktivitas background pada Android. Aplikasi tersebut akan meneliti software prioritas yang rutin digunakan pengguna.

Selain software rutin, Hush bakal memangkas waktu CPU untuk memroses software lainnya ketika layar mati.

Untuk mencoba aplikasi ini, bisa mengunduh versi betanya di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com