Perbedaan hasil jepretan kamera film dan digital
Karena memakai jenis medium yang berbeda, gambar akhir hasil jepretan kamera digital dan film tak pelak juga berlainan. Ada beberapa perbedaan yang bisa diuraikan.
1. Bentuk hasil akhir
Gambar hasil akhir kamera digital berupa data digital yang bisa langsung diakses dan dipindah-pindahkan ke perangkat digital lain semisal komputer atau smartphone. Data digital ini biasanya disimpan dalam kartu memori yang mampu menampung hingga ribuan gambar, tergantung ukuran file foto dan kapasitas memory card.
Hasil akhir kamera film berupa gambar laten di lembaran film yang mesti dimunculkan dan dibuat permanen lewat proses development dengan sejumlah cairan kimia, kemudian diperbesar (enlarge) sesuai kebutuhan untuk dicetak di kertas film. Jumlah frame foto film yang bisa disimpan dalam satu media (rol film) jauh lebih sedikit dibandingkan kamera digital (kartu memori). Satu rol film 135 misalnya, hanya berisi 36 frame.
Proses menuju hasil akhir pada kamera film memang lebih rumit, tapi sekaligus menambahkan satu tahapan yang bisa dimanfaatkan untuk memodifikasi tampilan foto final, yakni proses pencucian.
Keterbatasan jumlah frame yang tersedia juga umumnya menyebabkan pengguna kamera film lebih berhati-hati dan banyak pertimbangan sebelum menekan tombol shutter.
Sebagian orang berpendapat hal ini menyebabkan tiap frame foto analog cenderung lebih bagus secara estetika karena dipertimbangkan secara matang, dibanding jepretan kamera digital yang memungkinkan penggunanya menjepret sebanyak mungkin sesuka hati.
2. “Noise" dan "Grain”
Di hasil jepretan kamera digital dan film kadang muncul “tesktur” berupa bintik-bintik. Di foto digital, bintik-bintik ini lazim disebut noise. Asalnya dari gangguan sinyal yang dihasilkan oleh sirkuit elektronik penangkap gambar, entah karena panas atau perubahan sinyal listrik.
Tekstur bentik-bintik serupa di jepretan kamera film disebut sebagai “grain”. Sebabnya bukan berakar dari gangguan sinyal, melainkan partikel-partikel kimia dalam lembaran film.
Noise dan grain biasanya makin tampak apabila sensitivitas sensor atau film meningkat. Film ASA 400 misalnya, cenderung memiliki grain berukuran lebih besar dan lebih terlihat dibandingkan film ASA 100.
Kendati bisa mengganggu, kemunculan tekstur bintik-bintik ini sering pula dengan sengaja dimanfaatkan untuk menambah efek artistik, utamanya pada foto hasil jepretan kamera film.
3. Dynamic range
Semakin tinggi dynamic range, semakin baik pula kemampuan sensor kamera digital atau film untuk menangkap semua detil foto di area gelap dan terang.
Dynamic range kamera digital awalnya tertinggal dari film. Namun sensor digital modern kini sudah mampu menghasilkan dynamic range yang bisa menandingi atau melewati kemampuan film.
Kamera digital dan gadget modern saat ini juga sudah banyak dibekali fitur High Dynamic Range (HDR) untuk memperluas dynamic range dengan menjepret beberapa foto dengan exposure berbeda dan menggambungkan hasilnya menjadi satu frame akhir.
4. Sensitivitas terhadap cahaya
Seperti film, sensor kamera digital memiliki ukuran sensitivitas terhadap cahaya. Standar yang digunakan sama, yakni ISO (ASA). Sensitivitas sensor digital saat disetel di angka ISO 200 sama dengan film ISO/ASA 200, demikian juga sebaliknya.
Di kamera digital, rating sensitivitas ini berlaku untuk sensor dan bisa diubah-ubah kapanpun sesuai keinginan. Di kamera film, rating sensitivitas hanya bisa diubah dengan mengganti film yang bersangkutan karena masing-masing film memiliki rating sensitivitas individual yang berbeda, misalnya ASA 50 dan ASA 400. Film modern biasanya tersedia dalam rating sensitivitas ISO 50 hingga 3.200.
Sensor digital memiliki sensitivitas maksimum yang bisa jauh lebih tinggi, mencapai kisaran ratusan ribu.Semakin tinggi sensitivitas, maka semakin peka pula sensor/film terhadap cahaya sehingga pengguna bisa memotret dalam kondisi lebih gelap atau menjaga kecepatan shutter di kisaran tinggi.
Kecepatan shutter yang tinggi biasanya digunakan untuk "membekukan" tampilan subyek yang bergerak cepat sehingga tidak buram karena motion blur, seperti pada foto mobil di atas.
5. Karakter
Film negatif Kodak Portra cenderung menghasilkan warna dan kontras lebih halus yang cocok untuk dipakai memotret orang. Sementara, film negatif hitam-putih Kodak Tri-X memiiki karakter kontras dan grain yang terlihat agak kasar tapi banyak disukai.
Sensor kamera digital pun memiliki karakter, tergantung tipe dan konstruksi sensor, serta software pengolah gambar yang digunakan untuk menghasilkan foto akhir. Masing-masing pabrikan kamera digital punya “resep” olahan gambar sendiri untuk menghasilkan tampilan yang khas.
Karakter jepretan kamera digital bersifat permanen karena sensor biasanya tidak bisa diganti. Sebaliknya, pengguna kamera film bisa dengan mudah berganti jenis film untuk mendapatkan karakter foto yang dicari.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.