Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Reska K. Nistanto

Wartawan teknologi dan pehobi dunia penerbangan.

kolom

Pentingnya Ketegasan KNKT dalam Penyelidikan Lion Air JT610

Kompas.com - 05/11/2018, 14:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jangan sampai dua unsur penyelidik yang berasal dari kubu yang sama (AS), mempengaruhi hasil investigasi dan rekomendasi.

Belajar dari kasus AF447

Kekhawatiran ini mengingatkan saya akan kasus jatuhnya pesawat Airbus A330 penerbangan AF447. Hingga kini, masih ada dugaan bahwa pabrikan pesawat Airbus memberikan pengaruh terhadap proses investigasi yang dilakukan tim investigasi Inggris, BEA.

Air France penerbangan AF447 rute Rio de Janeiro - Perancis, jatuh di Samudera Atlantik, menewaskan 228 penumpang dan kru di pasawat, pada 1 Juni 2009.

Walau kesimpulan dari BEA adalah human error dan kurangnya pelatihan dalam menghadapi kondisi stall, namun teori lain juga muncul, menyebut kesalahan software pemrograman di pesawat A330.

Pasalnya, BEA hanya menyebut horizontal stabilizer pesawat A330 menekuk 13 derajat (membuat hidung pesawat ke atas dan menanjak), tanpa menyebutkan apa penyebabnya.

Input yang diberikan oleh pilot dan kopilot di kokpit, dengan mendorong kontrol kemudi ke depan untuk membawa hidung pesawat turun, seolah tidak berpengaruh. Memang ada dual input oleh kapten dan kopilot, namun pada 30 detik terakhir, kontrol sepenuhnya diambil alih oleh kapten.

Input yang tidak direspons oleh pesawat ini, menurut seorang profesor di Institut Aeronautika dan Astronotika di Technical University Berlin, But Gerhard Huttig, bisa diatasi dengan mengatur trim horizontal stabilizer secara manual, lewat kontrol trim wheel yang ada di samping throttle.

Huttig yang juga mantan pilot Airbus itu juga telah mempraktikkannya dalam sebuah simulator A330, membuktikan bahwa pengaturan manual dengan trim wheel bisa membawa pesawat keluar dari stall.

Kemudian pada Januari 2010, Airbus tiba-tiba dalam edaran keamanan internalnya, baru menyebut cara mengatasi stall itu lewat pengaturan horizontal stabilizer itu secara manual dengan trim wheel.

Trim Wheel di kokpit A330 di samping throttle.Airbus Trim Wheel di kokpit A330 di samping throttle.
Airbus sendiri telah membantah bahwa kontrol otomatis (autopilot) pesawatnya bertentangan dengan input yang diberikan oleh pilot.

Namun jika kecurigaan ini benar, maka Airbus harus mengganti atau meng-update pemrograman software di pesawat A330 dan A340, yang jumlahnya mencapai ribuan pesawat. Ongkos perbaikan software itu sendiri dinilai bisa mencapai ratusan juta Euro.

Namun pada akhirnya, penyelidikan BEA menyebut bahwa AF447 jatuh karena kesalahan kru dalam menangani stall. Dengan demikian, Airbus tidak perlu meng-update software di ribuan pesawatnya. Benar atau tidaknya teori ini, masih terbuka untuk diperdebatkan.

Namun hasil investigasi BEA juga menunjukkan bahwa selain reaksi pilot dan kopilot dinilai kurang tepat, maskapai dan pabrikan pesawat juga dinilai ikut bertanggung jawab.

Maskapai dianggap tidak memberikan pelatihan atau menyiapkan awak kabinnya akan situasi seperti itu. Sementara Airbus selaku pabrikan pesawat dinilai tidak memberikan rekomendasi yang cukup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com