Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri Sebut Facebook Harus Dipecah, Ini Tanggapan Zuckerberg

Kompas.com - 16/05/2019, 19:11 WIB
Oik Yusuf,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Instagram membuat fitur Stories yang dicomot mentah-mentah dari Snapchat. Ironisnya, Instagram Stories kemudian malah jadi lebih populer dari Snapchat.

Baca juga: Dianggap Contek Snapchat, Instagram Stories Malah Lebih Unggul

Selain Facebook sebagai institusi, kekuasaan luar biasa juga terletak di tangan sang bos besar, CEO Mark Zuckerberg, teman satu kampus Chris Hughes

“Pengaruh Mark sangat besar, jauh di atas siapapun lainnya di sektor swasta maupun pemerintah. Dia mengontrol tiga platform komunikasi  -Facebook, Instagram, dan WhatsApp- yang digunakan miliaran orang tiap hari,” tulis Hughes.

Di dalam perusahaan pun, lanjut Hughes, Zuckerberg memiliki kendali penuh karena memiliki lebih dari 60 persen saham dengan hak voting. Dewan direksi Facebook pun lebih berfungsi sebagai pemberi saran ketimbang pengawas sang CEO.

“Mark bisa menentukan konfigurasi algoritma untuk menentukan apa yang dilihat pengguna di News Feed,” ujar Hughes. “Dia bisa memilih apakah ingin melibas pesaing dengan cara membelinya, memblokir, atau menjipaknya.”

“Tak akan membantu”

Zuckerberg telah mengetahui wacana pemecahan Facebook yang dilontarkan Hughes. Dalam sebuah wawancara dengan TV Perancis, yang dihimpun KompasTekno dari TechCrunch, Kamis (16/5/2019), dia menyuarakan ketidaksetujuannya.

“Saat saya baca tulisannya, reaksi saya adalah apa yang dia ajukan tidak akan membantu memecahkan masalah,” ujar Zuckerberg.

Zuckerberg beralasan Facebook diperlukan sebagai perusahaan raksasa  yang sanggup membelanjakan uang miliaran dollar AS untuk mengatasi berbagai masalah, mulai dari terorisme, ujaran kebencian, hingga keamanan data.

Baca juga: 20 Skandal Facebook Sepanjang Tahun 2018

Zuckerberg antara lain mengacu pada jejaring sosialnya yang kadung marak digunakan untuk propaganda dan kampanye -termasuk menyebar hoaks dan kabar bohong lain- dalam Pemilu di berbagai negara.

Lagipula, menurut dia, isu lain yang lebih spesifik macam privasi, keamanan, misinformasi, dan kebebasan berpendapat tak akan bisa dipecahkan dengan memisah perusahaan. Malahan, hal tersebut akan menyulitkan penanganan sang jejaring sosial.

Berkebalikan dengan pandangan Hughes, ukuran Facebook yang sudah meraksasa, lanjut Zuckerberg, sebenarnya justru menguntungkan buat publik, karena besarnya dana yang tersedia untuk menangani berbagai macam masalah.

“Anggaran kami untuk soal keamanan tahun ini lebih besar daripada seluruh pendapatan perusahaan saat go-public di awal dekade ini,” kata Zuckerberg.

“Hal tersebut dimungkinkan karena kami telah membangun bisnis sukses. Kami berinvestasi lebih banyak untuk keamanan dibanding siapa pun lainnya di ranah media sosial,” imbuhnya.

VP Global Affairs and Communications Facebook, Nick Clegg turut bersuara. Dia mengatakan undang-undang anti-trust bukan dimaksudkan untuk mendongkel sebuah perusahaan karena terlalu besar, tapi melindungi konsumen dengan ketersediaan barang dan jasa berkualitas tinggi dengan harga rendah.

Alih-alih dipecah, Clegg berpendapat pemerintah-pemerintah di berbagai negara tempat Facebook beroperasi seharusnya menerapkan regulasi tambahan untuk bantu mengatur Facebook dalam empat hal, yakni perihal peredaran konten berbahaya, integritas pemilu, privasi, dan kemanan data.

Baca juga: Bos Facebook Minta Bantuan Pemerintah untuk Atur Media Sosial

Memecah Facebook pun menurut Clegg bukan jalan keluar. Facebook dipandangnya tak sedominan yang terlihat, karena masih ada kompetitor-kompetitor lain yang juga perusahaan raksasa. Dia menunjuk WeChat, Tencent, dan Sina asal China sebagai contoh.

“Siapapun yang khawatir soal tantangan yang kita hadapi di dunia online harus berupaya membetulkan peraturan di internet, bukannya melucuti perusahaan Amerika yang sukses,” ujar Clegg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com