Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/08/2019, 17:33 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada kuartal II 2019, dua firma riset mengungkap hasil yang berbeda soal pangsa pasar smartphone di Indonesia.

Canalys menyebut Oppo menggeser Samsung sebagai peringkat pertama, Counterpoint Research mendudukkan Samsung tetap sebagai jawara.

Laporan Counterpoint kurang lebih sama juga didapatkan firma IDC. Menurut IDC, Samsung masih menguasai pasar smartphone di Indonesia berdasarkan angka pengapalan (shipment).

Berikut vendor smartphone dan pangsa pasarnya di Indonesia untuk kuartal II 2019 berdasarkan laporan lDC:

  1. Samsung (meraih pangsa pasar 26,9 persen)
  2. Oppo (21,5 persen)
  3. Vivo (17 persen)
  4. Xiaomi (16,8 persen)
  5. Realme (6,1 persen)

Pangsa pasar Samsung mencapai 27 persen pada kuartal II-2019. Capaian Samsung ini sama dengan periode yang sama tahun 2018 lalu. (Baca juga: 5 Besar Penguasa Pasar Smartphone Dunia di Kuartal Pertama 2019)

Menurut analis IDC, Risky Febrian, Samsung bisa mempertahankan pangsa pasarnya berkat deretan Galaxy A yang gencar dirilis sepanjang semester I tahun ini.

"Pengaruhnya cukup signifikan terutama mid-range (Rp 2,8 - 5,6 juta) dan high-end (Rp 5,6 - 8,5 juta). Galaxy A berkontribusi 77 persen dari semua produk Samsung," jelas Risky, ketika dihubungi KompasTekno, Kamis (29/8/2019).

Angka yang dicapai Samsung tersebut terhitung sejak peluncuran Galaxy A2 Core hingga Galaxy A70.

Oppo justru baru menduduki posisi kedua dengan pangsa pasar 21,5 persen, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar 18 persen.

Vivo menempati urutan ketiga dengan pangsa pasar 17 persen, naik cukup signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 9 persen.

Baca juga: Disebut Kalah dari Oppo di Indonesia, Begini Tanggapan Samsung

Xiaomi merosot

Xiaomi justru merosot ke nomor empat dengan pangsa pasar 16,8 persen. Vendor asal China itu turun dari posisi kedua di periode yang sama tahun lalu, dengan pangsa pasar 25 persen.

Menurut Risky, salah satu alasan lesunya performa Xiaomi dikarenakan transisi proses manufaktur yang sedang dilakukan di Indonesia pada kuartal I.

Hal ini mempengaruhi proses produksi dan pasokan Xiaomi. Selain itu, Xiaomi disebut tidak memiliki kontrol harga yang ketat terhadap produknya.

Sejumlah Mi Fans di media sosial sempat mengeluhkan Redmi Note 7 yang "ghaib" di pasaran, dan harga offline yang dijual justru lebih tinggi dari harga resmi.

Hal ini menjadi peluang bagi pendatang baru, Realme. Eks sub-brand Oppo itu menduduki posisi kelima dengan pangsa pasar 6,1 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman:


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com