Artinya, jika akun e-mail berikut kata sandi (password) pengguna sudah bocor di internet, maka hacker dapat kembali memanfaatkan data-data tersebut untuk membobol akun dengan password serupa yang terdaftar di platform lain, dalam hal ini adalah akun Fortnite.
Setelah melalui beberapa tahap distribusi, dari hacker yang mengumpulkan data ke penadah, hingga penjual akhir, akun-akun curian kemudian dipasarkan di situs-situs "toko akun" di internet yang juga menjajakan akun ilegal dari game atau layanan online lain.
Para penjual akun Fortnite bisa meraup kuntungan hingga 40.000 dollar AS atau lebih dari Rp 583 juta dalam sepekan.
Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Business Insider, Selasa (1/9/2020), Epic Games selaku pemilik Fortnite berusaha mencegah jual beli akun dengan melakukan langkah-langkah seperti membatasi jumlah login per IP.
Baca juga: Rangkaian E-mail Ungkap Awal Mula Perseteruan Fortnite dan Apple
Namun, para hacker selalu selangkah lebih maju dan tetap bisa mengakali sistem pengamanan itu, misalnya dengan memakai jasa proxy rotation yang memberi alamat IP baru untuk setiap login.
Untuk melindungi akun agar tak dicuri hacker, Epic menyarankan pemain agar melakukan pengamanan seperti yang dijelaskan di tautan berikut.
Sejak pertama kali debut pada 2017 Fortnite sendiri kini memang sudah menjadi salah satu game terpopuler di dunia dengan jumlah pemain mencapai 350 juta yang tersebar di berbagai platform seperti PlayStation 4 dan Nintendo Switch.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.