"Kita perlu melihat hasil investigasi terlebih dahulu, namun insiden ini adalah contoh terbaru yang menunjukkan fitur kontrol pengemudi semi-otomatis yang dimiliki Tesla tidak begitu baik dalam mendeteksi dan mengerem ketika terdapat kendaraan yang berhenti di jalan raya," ujar Jason Levine, Direktur Eksekutif Center for Auto Safety pada suatu kasus kecelakaan Tesla.
Salah satu insiden kecelakaan seperti yang terjadi pada tahun 2016. Saat itu, sistem autopilot pada mobil Tesla diketahui gagal mendeteksi sebuah truk trailer berwarna putih.
Berdasarkan kronologi kejadian, saat itu mobil tengah dikendarai di siang hari dengan cuaca yang cukup cerah. Namun karena gagal mengenali truk trailer, mobil ini terus melaju dengan kecepatan 119 km/jam hingga menubruk dan menerobos bagian bawah truk.
Atap mobil Tesla itu robek. Seorang pengemudi dan penumpang yang mengendarai mobil Tesla dilaporkan mengalami luka-luka yang cukup parah.
Menurut pengakuan pengemudi, Joshua Brown, mobil Tesla yang ditumpanginya sedang dikendalikan secara otomatis. Brown bahkan sempat mencoba mengendalikan setir secara manual namun sistem gagal untuk mengenali perintah tersebut.
Baca juga: Elon Musk, Roket, dan Ketakutan Masyarakat Papua
Insiden tersebut sungguh ironis. Sebab, Musk telah yakin jika teknologi self-driving Tesla, dapat memudahkan manusia dalam mengemudikan mobil secara otomatis.
Pada Januari lalu, Musk bahkan optimistis dapat meraup keuntungan besar dari perangkat lunak (software) self-driving bikinan perusahaannya, dengan melisensikannya ke perusahaan lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.