Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Peluang Indosat Ooredoo Hutchison Pasca-merger

Kompas.com - 04/01/2022, 10:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Transformasi digital

Dengan manfaat strategis berskala lebih besar, struktur biaya yang lebih efisien, IOH berpeluang melejit dan bahkan sudah meramalkan pendapatan mereka akan menjadi 4,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 60 triliun dengan laba sekitar Rp 3,8 triliun pada dua tahun ke depan.

Tanpa banyak investasi, mereka dapat menambah jumlah BTS (base transceiver station – perangkat radio) yang dioperasikan dengan merelokasi BTS yang ada, menjadi kelebihan IOH dibanding operator lain.

Baca juga: Indosat Ooredoo Luncurkan Aplikasi Streaming Musik IMBeats

Saat ini BTS ex-Indosat ada sebanyak 235.885 BTS, sebanyak 70.109 buah merupakan BTS 4G, dan BTS ex-Tri ada di lebih 37.000 desa/kelurahan. Ada 18.000 BTS kedua operator yang berdekatan, sehingga bisa direlokasi untuk meluaskan jaringan yang berpotensi menambah jumlah pelanggan.

Bukan tidak mungkin pelanggan IOH akan mendekati jumlah pelanggan Telkomsel, apalagi sebagai pemegang lisensi modern, IOH berkewajiban melayani seluruh wilayah Tanah Air, tidak hanya di Jawa dan Sumatera saja.

Jika spektrum milimeterband mulai dibagikan pemerintah, terbuka peluang lebih luas untuk memberi layanan otomatisasi mesin industri, Internet of Things (IoT), pertanian dan transportasi digital dan sebagainya, walau investasinya sangatlah mahal.

Tetapi harus diwaspadai pula, pada masa transformasi digital ini pendapatan operator dari jaringan justru mulai berkurang dan sumber ARPU (average revenue per user – pendapatan rata-rata dari tiap pelanggan) mulai beralih ke ekonomi digital.

XL Axiata meski terus membangun jaringan serat optik (FO) sudah mulai fokus pada bisnis non-jaringan, dan Telkomsel sangat giat membentuk berbagai anak usaha berkait dengan layanan digital.

Tellkomsel membangun PT Telkomsel Ekosistem Digital, XL Axiata sibuk melakukan konvergensi usaha antara lain dengan mengakuisisi Link Net, dan Smartfren mengembangan pusat data, bekerja sama dengan perusahaan serupa dari Dubai.

Telkomsel sangat giat membantu tumbuhnya startup potensial sembari mengembangkan sumber pendapatan lainnya, antara lain game dan e-sports.

Baca juga: Riset Opensignal: Telkomsel Tercepat, Tri Unggul di Gaming

Menurut data AppsFlyer, perusahaan atribusi dan analitik, belanja game AAA di semester I-2021 mencapai Rp 2.000 triliun lebih, untuk membeli berbagai item, avatar, diamond, koin dan sebagainya yang digunakan untuk bermain gim.

Anak perusahaan PT Telkom itu juga aktif mendidik berbagai UMKM, meluaskan layanan film MaxStream, Kuncie dan Fita, yang tidak lama lagi akan jadi sumber penghasilan melebihi jualan pulsa atau data.

Sejak lama IOH tahu soal kecenderungan ini, namun lisensi modern membuat mereka sibuk memrioritaskan perluasan jangkauan layanannya.

Asal jangan lengah, jangan sampai mereka merasa ada di jalan lurus, padahal ada jalan berbelok yang sudah mulai dirambah operator lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com