Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TikTok Jualan Produk Sendiri lewat Project S, dari Mana Barangnya?

Kompas.com - 14/07/2023, 13:30 WIB
Lely Maulida,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - TikTok ternyata mempunyai agenda menjual produk sendiri melalui poyek yang disebut Project S. Padahal, selama ini bisnis marketplace TikTok atau disebut TikTok Shop diisi oleh penjual atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.

Di Indonesia misalnya, penjual di TikTok Shop adalah pelaku UMKM Tanah Air.

Adapun agenda untuk menjual produk milik TikTok dinilai pemerintah bisa menjadi ancaman bagi UMKM Indonesia.

Pasalnya, produk yang dijual pihak TikTok merupakan produk asing. Singkatnya, Project S menjadi pintu masuk bagi produk impor yang dinilai bakal merugikan UMKM.

Muasal produk yang dijual TikTok lewat Project S

Project S pertama kali mencuat lewat laporan Financial Times pada 21 Juni 2023. Menurut laporan itu, Project S TikTok sudah beroperasi di pasar Inggris.

Baca juga: Project S, Cara TikTok Jualan Produk Sendiri yang Ancam Pedagang Kecil

Project S merupakan kode internal perusahaan. Di aplikasi TikTok, Project S diimplementasikan sebagai fitur Trendy Beat.

Nah, melalui fitur Trendy Beat TikTok menjual produk-produk yang sedang populer, misalnya alat pembersih telinga hingga sikat bulu hewan peliharaan. Terlepas dari produknya yang bervariasi, semua produk di Trendy Beat berasal dari China.

"Semua produk yang dipajang di fitur Trendy Beat dikirimkan dari China," kata enam sumber yang mengetahui Project S TikTok, sebagaimana dilansir Financial Times yang dikutip dari Kompas.com, Jumat (14/7/2023).

Adapun penjualnya, menurut sumber itu, adalah sebuah perusahaan yang terdaftar di Singapura. Namun, perusahaan ini dimiliki oleh ByteDance.

Bila ditilik dari tautan yang ada di fitur Trendy Beat, produk-produk pada fitur itu dijual oleh toko bernama Seitu. Seitu inilah yang terdaftar di Singapura dan terhubung dengan If Youu, sebuah perusahaan ritel milik induk TikTok, ByteDance.

Bos Seitu juga ternyata memiliki peran di TikTok, khususnya TikTok Singapura. Seitu dipimpin oleh Lim Wilfred Halim. Di TikTok, Lim Wilfred Halim menjabat sebagai Kepala Anti-Penipuan dan Keamanan E-Commerce Global TikTok di Singapura.

Untuk menyajikan produk yang akan dijual, fitur Trendy Beat memanfaatkan data tentang produk yang viral di aplikasi. Dari data itu, ByteDance akan mendapatkan informasi dan mulai menjual barangnya sendiri.

Baca juga: Syarat Live Streaming TikTok buat Jualan Tanpa 1.000 Followers

Model penjualan tersebut bisa dibilang mirip seperti yang dilakukan Amazon, yaitu membuat dan mempromosikan produknya sendiri yang populer.

Sejumlah sumber yang akrab dengan Project S juga mengatakan perusahaan akan gencar mempromosikan produk yang ada di ‘Trendy Beat’ ketimbang barang yang dijual oleh pesaing di aplikasi TikTok.

Menurut laporan Financial Times, ByteDance sedang membangun unit bisnis online untuk menyaingi Shein, marketplace fast fashion asal China dan Temu, marketplace yang menjual produk murah milik Pinduoduo. perusahaan juga sudah merekrut karyawan dari Shein untuk menggenjot bisnis e-commerce.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com