Beralih ke unit pengolah grafis (GPU), Kirin 9000S dibekali dengan GPU Maleeon-910 yang memiliki empat buah inti (quad core) dengan kecepatan clock 750 MHz.
Performa GPU ini juga nyaris setara dengan Snapdragon 888, yang memiliki GPU Adreno 660 dengan kecepatan clock sekitar 840 MHz.
Meski di atas kertas kemampuan GPU Maleeon-90 lebih rendah dari Adreno 660, hasil benchmark GFXbench 5.0 menunjukkan bahwa keduanya memang memiliki kemampuan setara.
Dalam pengujian "Aztec Ruin 1440P" di GFXbench 5.0, GPU Kirin 9000S memiliki performa 30,6 FPS untuk mode OpenGL dan 28,9 FPS untuk mode Vulkan. Sedangkan GPU Snapdragon 888 memiliki performa 28,5 FPS untuk mode OpenGL dan 30,1 FPS untuk mode Vulkan.
Apabila dibandingkan dengan hasil GFXbench 5.0 Snapdragon 8 Gen 1, performa GPU Kirin 9000S cukup tertinggal. Dalam pengujian yang sama, ponsel dengan chipset tersebut memiliki performa GPU 42,8 FPS untuk OpenGL dan 47,8 FPS untuk Vulkan.
Untuk GFXbench 5.0 Snapdragon 8 Gen 2, performa GPU chipset ini juga jauh lebih mumpuni dari GPU Kirin 9000S dengan 61,9 FPS untuk mode OpenGL dan 68,9 FPS di mode Vulkan.
Dengan hasil ini, bisa disimpulkan bahwa performa chipset Kirin 9000S, yang ada di ponsel terbaru Huawei Mate 60 Series, tak setara dengan chipset Qualcomm keluaran terbaru macam Snapdragon 8 Gen 1 (2021) atau bahkan Snapdragon 8 Gen 2 (2022).
Sebab, chipset milik Huawei hanya memiliki performa yang kurang lebih setara dengan chipset Qualcomm keluaran 2020 lalu, yaitu Snapdragon 888, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari SparrowsNews, Senin (11/9/2023).
Baca juga: Ponsel Lipat Huawei Mate X5 Meluncur, Mirip X3 tapi Lebih Bertenaga
Pasalnya, mereka menganggap SMIC seharusnya tidak bisa membuat chipset dengan fabrikasi 7 nm. Informasi soal fabrikasi chipset Kirin 9000S ini sendiri sebelumnya pertama kali dilaporkan oleh perusahaan riset TechInsights.
Terkait teknologi fabrikasi tersebut, anggota DPR AS Mike Gallagher mengeklaim bahwa chipset dengan teknologi fabrikasi 7 nm mustahil dibuat perusahaan asal China, kecuali dengan adanya komponen atau teknologi dari AS.
Disebut mustahil karena SMIC sudah masuk ke dalam entity list AS sejak Desember 2020 lalu, dan Huawei sudah masuk ke dalam daftar yang sama lebih dulu sejak Mei 2019 lalu.
Dengan masuknya dua perusahaan China tersebut ke dalam entity list, maka mereka tak bisa sembarangan mengekspor atau menggunakan teknologi yang berasal dari AS, kecuali atas izin Departemen Perdagangan AS.
Huawei dan SMIC tak bisa sembarangan gunakan alat produksi