Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Cisco: Hanya Sedikit Perusahaan di Indonesia yang Siap Hadapi Ancaman Keamanan Siber Modern

Kompas.com - 31/03/2024, 13:06 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Penulis

Cisco mengatakan, sebanyak 93 persen perusahaan mengaku bahwa karyawan mereka mengakses platform perusahaan dari perangkat yang tidak dikelola.

Kemudian, 47 persen dari mereka, menghabiskan satu perlima (20 persen) waktu mereka untuk terhubung ke jaringan perusahaan dari perangkat yang tidak dikelola.

Selain itu, 38 persen responden juga melaporkan bahwa karyawan mereka berpindah antara setidaknya enma jaringan dalam seminggu.

Baca juga: Cisco: Indonesia Berada di Jalan yang Benar soal Adopsi AI, tapi Masih Ada PR

Tantangan ini semakin kompleks dengan masih kurangnya sumber daya manusia yang andal dalam mengantisipasi serangan siber.

Sebanyak 59 persen responden mengatakan, organisasi mereka memiliki lebih dari 10 posisi terkait keamanan siber yang belum terisi.

Masih dari riset yang sama, Cisco menyebut ada 93 persen organisasi yang masih merasa cukup atau sangat percaya diri untuk mempertahankan diri dari serangan siber dengan infrastruktur yang mereka miliki saat ini.

Akan tetapi, menurut Cisco, ada kesenjangan antara keyakinan dan kesiapan organisasi dalam menghadapi serangan siber.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mungkin memiliki keyakinan yang salah dalam menakar kemampuan mereka untuk menghadapi lanskap ancaman siber, dan mungkin tidak mampu mengevaluasi secara tepat, sejauh mana tantangan yang sebenarnya mereka hadapi.

Dengan aneka tantangan di atas, beberapa perusahaan mulai menyadari akan pentingnya investasi dalam bidang keamanan siber.

Sebanyak 84 persen perusahaan berencana untuk meningkatkan infrastruktur teknologi dan informasi (TI) mereka dalam 12-24 bulan yang akan datang. Ini cukup naik siginifikan dibanding hanya 42 persen organisasi yang berencana melakukan hal serupa tahun lalu.

Adapun rencana yang akan dilakukan meliputi meningkatkan solusi yang sudah ada (85 persen), menerapkan solusi baru (49 persen), dan berinvestasi dalam teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) (74 persen).

Cisco menyarankan agar perusahaan bisa mempercepat investasi yang signifikan dalam keamanan, termasuk adopsi langkah-langkah inovatif dan pendekatan platform keamanan, memperkuat ketahanan jaringan mereka, menerapkan penggunaan yang bermakna dari kecerdasan buatan generatif, dan meningkatkan perekrutan untuk mengatasi kekurangan keterampilan keamanan siber.

"Kita tidak boleh meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh rasa percaya diri yang berlebihan," kata Jeetu Patel, Executive Vice President dan General Manager Security and Collaboration di Cisco.

"Organisasi saat ini perlu memprioritaskan investasi dalam platform terintegrasi dan mengadopsi kecerdasan buatan (AI) agar dapat beroperasi dalam skala mesin dan akhirnya mengubah keadaan menjadi menguntungkan," imbuh Patel.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com