Karena hero dengan skill dan role beragam ini, terlebih bisa dimainkan bersama pengguna lainnya secara online, DoTA: All Stars konon menjadi mode di dalam game dengan genre MOBA yang kita kenal saat ini.
Semakin tahun, kepopuleran peta DoTA: All Stars semakin menjadi. Bahkan, di tahun 2000-an berdasarkan pengalaman KompasTekno, tak sedikit warnet di Indonesia yang menyediakan game Warcraft III: Frozen Throne, terutama map DoTA: All Stars, supaya bisa dimainkan oleh para tamu.
Kepopuleran DoTA membuat banyak pengembang terinspirasi membuat game serupa yang memiliki genre MOBA, mulai dari game berjenis flash dengan judul Minions buatan The Casual Collective pada 2008 lalu, hingga Demigod buatan Gas Powered Games pada 2009 lalu.
Namun satu-satunya game yang meraih kesuksesan adalah League of Legends (LoL) buatan Riot Games yang dirilis pada 2009 lalu. Game ini sederhananya memiliki gameplay mirip dengan DoTA: All Stars, namun dengan hero dan beberapa fitur di dalam game yang sedikit berbeda.
Sekitar tahun 2009, modder DoTA: All Stars, IceFrog direkrut Valve untuk membuat game terpisah (stand alone) dari Warcraft III: Frozen Throne, namun tetap terinspirasi dari DoTA: All Stars.
Game ini diberi nama Dota 2 dan versi betanya diumumkan pada 2010 lalu, kemudian versi finalnya dirilis secara global pada 2013 mendatang.
Setelah Dota 2, ada beberapa game MOBA yang dirilis ke publik, yaitu seperti Smite (2004), Vainglory (2014), hingga Heroes of the Storm (2015).
Namun, LoL dan Dota 2 bisa dibilang dua game MOBA yang sukses meraih basis pengguna yang cukup banyak. Bahkan, dari dulu hingga kini, kedua game tersebut memiliki serangkaian turnamen kompetitif alias e-sports dengan hadiah mencapai miliaran rupiah.
Berkembangkan teknologi dan kecanggihan smartphone, begitu juga tren mobile gaming yang semakin meningkat, membuat para pengembang game mobile mengadapatasi game dengan genre MOBA dari PC ke mobile.
Pada 2016 lalu, perusahaan game asal China, Tencent meluncurkan game MOBA bernama Arena of Valor. Di tahun yang sama, perusahaan game asal China juga, yaitu Moonton turut meluncurkan game serupa bernama Mobile Legends.
Kala itu, Arena of Valor dan Mobile Legends menjadi cukup populer, terutama di pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kepopuleran dua game ini juga diiringi oleh sejumlah kompetisi e-sports yang digelar oleh masing-masing pembuat game.
Genre MOBA di smartphone ini dianggap cukup "seksi" dan mampu menarik minat pengguna untuk memainkannya.
Hal ini ditandai dengan banyaknya game MOBA yang berseliweran setelah Arena of Valor dan Mobile Legends muncul. Dua di antaranya yang cukup populer juga adalah LoL: Wild Rift (2020) hingga Honor of Kings (2024).
Beberapa game MOBA lain yang terbilang cukup menarik adalah Pokemon Unite, Onmyoji Arena, Heroes Evolved, Marvel Super War, Brawl Stars, Thetan Arena, Legend of Ace, Arena of Faith, Survival Heroes, dan masih banyak lagi.
Kehadiran banyak game MOBA ini, baik itu di platform PC maupun mobile, menandakan bahwa game seperti ini semakin populer seiring berjalannya waktu, dari dulu hingga sekarang.
Mekanisme bermain game MOBA mungkin sama dan repetitif apabila dibandingkan satu dengan yang lainnya.
Namun, aspek kompetitif dari suatu game MOBA menjadi keseruan tersendiri bagi para pemainnya yang bisa dibilang berasal dari segala umur, baik muda maupun tua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.