Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Imbangkan Beban Operator Seluler dan Starlink

Kompas.com - 19/06/2024, 11:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BHP Starlink

Pungutan yang masuk sebagai PNBP (penerimaan negara bukan pajak) bagi Kominfo setahunnya sekitar Rp 30 triliun dari BHP (biaya hak penggunaan) frekuensi dan hasil lelang spektrum frekuensi.

Dalam waktu dekat pemerintah akan melelang spektrum frekuensi selebar 377,5 MHz, yang sekitar 90 MHz ada di rentang 700 MHz, 2,6 GHz selebar 190 Mhz, lalu 3,3 GHz selebar 87,5 Mhz dan spektrum 3,5 Ghz selebar 200 Mhz.

Spektrum 700 MHz baru saja kosong setelah televisi siaran lewat ASO (analog switch off) pindah ke digital, selebar 112 Mhz selain spektrum baru di 2,6 GHz, 3,3 GHz dan 3,5 GHz (medium band), selain 26 GHz yang merupakan milimeter band.

Kecemasan operator berkait soal harga spektrum, jika mengaca pada harga lelang spektrum 2,1 GHz ex-merger IOH yang selebar 10 MHz yang harganya Rp 600 miliar dan dimenangkan Telkomsel.

Harga bukan mentok di angka itu, karena Telkomsel masih harus membayar biaya awal (upfront fee) dua kali jumlah itu. Mampukah operator menyiapkan dana untuk menebus 377,5 MHz itu untuk mengoperasikan 5G yang sekarang ini baru “ada dan tiada”.

Sebenarnya operator sudah merilis 5G menggunakan spektrum 4G dengan teknologi DSS (dynamic spectrum sharing), sehingga yang muncul “layanan 5G rasa 4G” dan tidak bisa diterapkan di semua kawasan karena akan mengganggu layanan 4G yang eksis.

Padahal GSM 5G adalah keniscayaan, yang teknologinya membutuhkan lebar pita (bandwidth) sedikitnya 100 MHz per operator, sementara prasarana 6G adalah satelit.

Dari sisi pendapatan tahun 2023, Telkomsel dapat Rp 102,37 triliun dengan laba Rp 24,6 triliun, IOH Rp 51,2 triliun laba Rp 4,5 triliun, XL Axiata raih Rp 32,34 triliun labanya Rp 1,26 triliun.

Smartfren mendapat Rp 11,65 triliun ruginya Rp 108,2 miliar, jumlahnya Rp 197,56 trilun.

Dari jumlah itu harus setor regulatory charge yang jadi PNBP sebesar Rp 30 triliun atau sekitar 15 persennya, belum lagi berbagai pajak yang wajib disetor.

Operator meminta pengurangan regulatory charge yang “tidak wajar” itu, tetapi belum juga digubris pemerintah.

Kementerian Keuangan menganggap angka Rp 30 triliun cukup bermakna untuk APBN RI dan secara naluriah sensitif kalau ada permintaan pengurangan terhadap pendapatannya.

Di sisi lain beban BHP Starlink jauh lebih kecil dibanding seluler. BHP frekuensi seluler dihitung dari berapa banyak spektrum dan BTS yang digunakan.

Misalnya, Telkomsel mengelola spektrum frekuensi selebar 165 MHz dengan 257.349 BTS, IOH punya 135 Mhz dengan 179.070 BTS, XL Axiata punya 152 MHz dan 160.124 BTS, dan Smartfren punya 62MHz dan 43.000 BTS, jumlah PNBP mereka Rp 30 triliun.

Satelit LEO karena hanya mengoperasikan satu rentang spektrum frekuensi untuk seluruh satelitnya, PNBP-nya otomatis sangat murah, walaupun 6.500 satelitnya di angkasa yang segera akan menjadi 36.000.

Investasi Starlink di Indonesia pun hanya Rp 30 miliar dengan kantor yang hanya diisi empat orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com