Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Bisnis Netflix yang Tak Sepenuhnya Mulus, Pernah Hampir Bangkrut dan Diremehkan

Kompas.com - 13/07/2023, 09:06 WIB
Caroline Saskia,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Netflix menjadi salah satu platform popular dan kerap dijadikan pilihan sebagian besar pengguna. Ada berbagai macam konten menarik, seperti acara televisi, series, dan film yang bisa dinikmati.

Fakta menariknya, sebelum Netflix berada di posisi saat ini, perusahaan memulai bisnisnya dengan menyewakan kaset DVD kepada pelanggan melalui kiriman surat atau pos.

Bisa dikatakan model bisnis yang diterapkan perusahaan kala itu adalah layanan sewa. Netflix meraup pendapatannya dengan sistem pay per rent. Layanan ini serupa dengan sewa kaset DVD di Blockbuster. Bedanya, Netflix menawarkan layanan sewa kaset DVD secara online.

Namun, perjalanan bisnis Netflix juga tidak semulus itu. Perusahaan sempat mengalami kesulitan finansial, gagal menjual perusahaannya, menghadapi sejumlah penolakan, hingga diremehkan perusahaan lain.

Netflix pertama kali didirikan oleh Reed Hastings dan Marc Rundolph pada 29 Agustus 1997 di Scotts Valley, California. Pada 1999, Netflix memiliki karyawan sebanyak 20 orang dengan kondisi yang hampir bangkut.

Baca juga: Cerita Perusahaan Google yang Dulu Tak Laku meski Dijual Murah

Perusahaan pun mencari siasat untuk bisa tetap mempertahankan bisnisnya. Pada 2000, satu tahun setelahnya, Hastings mencoba melobi mantan CEO Blockbuster, yang saat itu dipegang oleh John Anitioco.

Hastings menjual Netflix kepada Antioco seharga 50 juta dollar AS atau setara dengan Rp 757 miliar (estimasi kurs hari ini Rp 15.148). Dalam pertemuan itu, Lantioco justru menolak dan menertawakan Hastings dan karyawan Netflix yang lain.

“Kami mengalami masalah yang serius. Langkah yang dilakukan adalah mencoba menjual Netflix kepada Blockbuster saat itu. Namun, dalam proses diskusi, kami mendapat respons yang cukup berbeda. Mereka (Blockbuster) menertawakan kami,” ungkap Rundolph dalam.

Nyatanya, lewat penolakan tersebut, Netflix dan para timnya kembali memperkuat tekad untuk terus menjalankan bisnis yang ada. Alhasil, pada 2001, Netflix berhasil memiliki satu juta pelanggan dan jumlahnya terus bertambah.

Hingga lima tahun setelahnya, 2006, Netflix dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan secara signifikan.

Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Make Use Of, Kamis (13/7/2023), Netflix tercatat menghasilkan lebih dari 80 juta dollar AS (sekitar Rp 1,2 triliun) dan penggunanya tumbuh menjadi 6,3 juta pengguna.

Baca juga: Perjalanan Canva, Dulu Ditolak 100 Investor Kini Bernilai Rp 370 Triliun

Jalan bisnis Netflix yang tak mulus

Ilustrasi Netflix Userforbes.com Ilustrasi Netflix User

Pada 2010, Netflix mulai mengubah fokusnya menjadi layanan streaming dan mempelebar sayap bisnisnya ke beberapa wilayah di Amerika Serikat.

Kemudian, Netflix mulai melakukan perombakan setahun setelahnya. Perusahaan memecah bisnis layanan streaming dan layanan sewa DVD menjadi dua entitas yang berbeda. Netflix menjadi platform layanan streaming, sedangkan Qwikster menjadi layanan sewa kaset.

Keputusan tersebut diambil bos Netflix dalam kurun waktu kurang dari sebulan, usai kehilangan 800.000 pelanggan. Memasuki tahun 2012 hingga 2017, Netflix berhasil memiliki 100 juta pelanggan yang tersebar di seluruh dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com