Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Serangan Ransomware WannaCry yang Bikin Heboh Internet

Kompas.com - 15/05/2017, 09:09 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Pagi hari, di Rusia tercatat ada lebih dari 1.000 kasus infeksi WannaCry. Negara ini merupakan salah satu yang paling parah terdampak.

Inggris mengumumkan ada setidaknya 45 organisasi kesehatan yang terdampak di negara itu. Data rekam medis pasien tidak ada yang dicuri, melainkan dikunci dan dimintai tebusan oleh ransomware.

Kepala otoritas komunikasi dan teknologi informasi Turki, Omer Fatih Sayan, mengatakan negaranya ikut menjadi korban serangan WannaCry. Pusat keamanan cyber Turki bekerja keras melawan sang ransomware.

Melalui Twitter, Computer Emergency Response Team Turki menjelaskan bahwa WannaCry menyebar lewat celah keamanan di Server Message Block (SMB) sistem operasi Windows sehingga mampu menyebar dengan mudah tanpa bisa dicegah. Tim menyarankan pengguna untuk memperbarui antivirus dan tidak membuka e-mail mencurigakan.

Baca: Kena Ransomware, Rumah Sakit Ini Terpaksa Bayar Tebusan Rp 226 Juta

Agensi kepolisian Uni Eropa, Europol, menyebutkan WannaCry merupakan “serangan cyber” terbesar di dunia dan mengimbau semua pihak agar bekerja sama dalam investigasi untuk menemukan siapa pelakunya (pembuat ransomware). WannaCry sekaligus didaulat menjadi serangan ransomware terbesar sepanjang sejarah.

Pada Sabtu siang, Microsoft merilis patch darurat untuk menambal celah keamanan di sistem operasi Windows XP, Windows Server 2003, dan Windows 8, untuk mencegah serangan WannaCry.

Sistem-sistem operasi lawas tersebut sebenarnya sudah tidak mendapat dukungan teknis dari Microsoft, tapi patch darurat ini diperlukan mengingat keadaan luar biasa akibat serangan WannaCry yang tercatat telah menjangkiti 75.000 sistem komputer di 99 negara.

Sabtu sore, seorang peneliti keamanan berhasil meredam penyebaran WannaCry dengan mengaktifkan “kill switch” berupa alamat domain internet yang terdapat dalam tubuh program ransomware tersebut.

Kill switch diaktifkan dengan cara membeli domain yang bersangkutan dengan harga murah, hanya 10 dollar AS atau sekitar Rp 130.000. Peneliti keamanan Alfons Tanujaya di Indonesia melaporkan angka infeksi WannaCry turun drastis dari 100.000-an IP menjadi di kisaran 1.000 IP.

Minggu, 14 Mei 2017

Pagi hari, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) di Indonesia menggelar konferensi pers darurat untuk menyebarluaskan kabar soal bahaya WannaCry.

Ransomware ini dikhawatirkan bakal menyerang lebih banyak institusi lain pada Senin (15/5/2017), saat komputer-komputer kantor dinyalakan pada permulaan jam kerja.

Fatimah Kartini/Kompas.com Menteri Komunikasi dan Informatika RI Rudiantara dalam konferensi pers serangan virus ransomware WannaCry di Jakarta, Minggu (14/5/2017).
Kemenkominfo menguraikan sejumlah langkah pencegahan WannaCry. Semua perusahaan dihimbau untuk menerapkan langkah-langkah tersebut guna menghalau sepak terjang WannaCry yang dinilai berbahaya karena mengunci data di komputer.

Insitusi pemerintah dan swasta di Indonesia mulai menyalurkan peringatan soal WannaCry kepada karyawan kantor masing-masing.

Di dunia internasional, WannaCry didaulat sebagai “serangan cyber terbesar sepanjang masa”. Europol mencatat penyebarannya sudah mencapai 150 negara, dengan jumlah korban sebanyak 200.000 sistem komputer. Europol mewanti-wanti bahwa infeksi WannaCry masih bisa meluas lebih jauh pada Senin (15/5/2017).

Baca: Awas, Jangan Langsung Nyalakan Komputer Kantor Hari Senin Besok!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com