Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Headset 3,5 mm Vs USB-C, Mana Lebih Baik?

Saat ini, hampir semua ponsel kelas menengah hingga flagship Android sudah meninggalkan jack 3,5mm. Padahal, sebelumnya hampir semua ponsel Android mengadopsi jack 3,5 mm.

Ditambah lagi, Komisi Uni Eropa mewajibkan seluruh perangkat elektronik yang dijual di negaranya menggunakan port USB-C per 2024 nanti.

Kendati demikian, perangkat lain seperti PC dan laptop, masih banyak yang menyematkan jack 3.5mm, meskipun sebagian sudah mengadopsi port USB-C. Sehingga, sebagian masyarakat masih ada yang memilih menggnakan headset USB-C.

Lantas, apa saja perbedaan antara headset 3,5mm dan USB-C dan mana yang lebih baik? Berikut penjelasannya sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Sound Gear Lab, Selasa (25/4/2023).

Beda kualitas suara

Headset dengan port USB-C memiliki kualitas suara yang lebih baik dari headset 3,5mm. Hal ini disebabkan karena keduanya punya cara pengiriman dan pemrosesan audio yang berbeda.

Headset dan earphone kabel memanfaatkan jack audio 3,5mm untuk mengirimkan sinyal analog, baik dari mikrofon maupun audio ke speaker. Kemampuan pengiriman audio ini tergantung dari jumlah cincin (ring) pada colokan headset.

Nah, colokan yang mempunyai dua cincin hanya bisa mengirimkan sinyal audio stereo saja. Biasanya, jack dengan dua cincin ditemukan di headset lawas yang memiliki dua colokan 3,5mm untuk stereo dan mikrofon.

Oleh karenanya, pengguna biasanya harus membeli adapter dulu jika ingin mencoloknya ke perangkat yang hanya dibekali satu lubang audio 3,5mm.

Sementara itu, headset dengan colokan 3,5 mm dengan tiga cincin dapat mentransfer audio stereo dan sinyal mikrofon. Jack ini lebih baik dan lebih populer dibanding colokan dua cincin.

Sayangnya, headset 3,5mm secara keseluruhan hanya dilengkapi kemampuan untuk mengirim sinyal analog. Sehingga, headset tersebut tidak bisa membaca atau mentransfer sinyal digital.

Untuk membantu headset "memahami" sinyal digital, perangkat yang akan disambungkan ke headset 3,5mm harus memiliki komponen sound card.

Ketika headset 3,5 mm dicolokan ke perangkat yang memiliki sound card, komponen inilantas akan mengubah sinyal digital ke analog sehingga dapat dibaca oleh headset 3,5mm.

Perubahan sinyal ini menjadi penting karena setiap audio digital membutuhkan sinyal analog yang dapat dipahami oleh alat speaker, headset, dan telinga manusia.

Tanpa gelombang analog, audio musik hanya menjadi data biner 0 dan 1 yang tidak bisa didengar dan dinikmati.

Apabila tidak ada sound card yang mampu mengubah sinyal tersebut, headset 3,5mm otomatis tidak bisa mendengarkan audio atau menggunakan mikrofon.

Hal ini tentunya berbeda dengan headset USB-C yang tidak membutuhkan sound card. Dengan adapter USB, headset ini bisa langsung mengubah sinyal digital menjadi analog saat mengarahkan audio ke speaker.

Soal mikrofon, sinyal analog diubah menjadi digital yang diteruskan ke perangkat elektronik. Selain perubahan sinyal secara mandiri, headset USB-C memiliki sistemnya sendiri untuk menghilangkan kebisingan pada sinyal audio.

Adanya adapter USB-C juga memungkinkan headset itu untuk bekerja langsung dengan sistem operasi perangkat, bukan sound card.

Dengan begitu, headset USB-C tetap mampu menghadirkan audio berkualitas tinggi walaupun perangkat menggunakan sound card yang kurang mumpuni.

Headset USB-C pun akan menginstal driver-nya sendiri saat pengguna pertama kali mencolokkannya.

Sejumlah faktor di atas akhirnya memungkinkan headset USB-C untuk memiliki kualitas suara yang lebih baik dibandingkan headset 3,5 mm.

Perlu dicatat, kualitas headset yang dipakai juga berpengaruh pada kualitas audio, misalnya dari segi komponen pengubah digital ke analog (Digital-to-Analog Converter/DAC) atau komponen lainnya yang digunakan dalam perancangan headset.

Beda fitur

Menilik fitur kedua aksesori tersebut, headset USB-C juga dapat dikatakan lebih unggul dari headset 3,5mm.

Sebab, headset USB-C kerap dibekali fitur tambahan seperti kontrol audio bawaan untuk mengatur volume suara dan menjawab panggilan telepon atau dukungan untuk fitur audio tingkat lanjut seperti suara surround.

Headset 3,5mm dengan colokan tiga cincin memang bisa melakukan sejumlah fitur di atas, seperti memperbesar atau memperkecil volume suara. Akan tetapi, headset USB-C lebih mumpuni, responsif, dan punya opsi yang lebih baik.

Deretan fitur ini pada akhirnya mengakibatkan headset USB-C dibanderol dengan harga yang lebih mahal ketimbang headset 3,5mm.

Dari segi kegunaan, headset USB-C lebih fleksibel untuk berbagai keperluan.

Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mendengarkan musik, headset USB-C juga sangat cocok dimanfaatkan untuk bermain game atau bekerja.

Alasannya, headset ini menawarkan pengalaman audio yang kaya, cepat, dan dapat menahan kebisingan.

Kesimpulannya, secara keseluruhan headset USB-C lebih unggul dibanding headset 3,5mm dari sejumlah aspek, yakni kualitas suara, dukungan fitur, dan fleksibilitas.

Bila pengguna rutin memakai smartphone, headset USB-C bisa dipilih karena banyaknya ponsel kekinian yang sudah tidak lagi mendukung jack 3,5mm, terutama untuk ponsel kelas menengah hingga atas.

Di sisi lain, headset dengan port 3,5mm rata-rata dibanderol lebih murah dibanding USB-C. Anda bisa menyesuaikan budget apabila perangkat masih mendukung colokan jack 3,5mm.

https://tekno.kompas.com/read/2023/04/25/18450027/headset-3-5-mm-vs-usb-c-mana-lebih-baik-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke