Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Setelah Lebih dari 30 Tahun, Game "Tetris" Akhirnya Ditamatkan

Scuti memainkan Tetris di konsol lawas NES besutan Nintendo. Ia mengikuti pertandingan kejuaraan Tetris dunia bertajuk Classic Tetris World Championship (CTWC).

Dalam ajang inilah ia unjuk kebolehan bermain game Tetris dan meraih rekor dunia sebagai orang pertama yang menamatkan game lawas tersebut.

Tamatnya Tetris ditandai dengan berhentinya game tersebut dan tidak bisa dimainkan lagi alias stuck. Momen ini juga dibagikan di saluran YouTube CTWC.

Dalam video itu terlihat bahwa Scuti memainkan Tetris sampai level 157 dengan skor akhir 6.850.560 poin. Ketika Tetris berhenti tiba-tiba pada level tersebut, Scuti terkejut sampai bilang tangannya mati rasa.

"Ya tuhan. Aku tidak bisa merasakan tanganku," katanya sambil melepas sarung tangannya yang dipakai selama bermain game. Momen ketika Scuti menamatkan Tetris bisa disimak pada video di bawah ini.

Kemenangannya boleh jadi juga berkat teknik yang dipakai Scuti di NES. Sebab, konsol ini memungkinkan pemain mengoperasikan controller dengan lebih cepat dibanding menekan tombol secara manual.

Caranya, yaitu dengan mengetuk area bawah atau belakang controller.

Teknik itu disebut sebagai "rolling", dipelopori oleh pemain Tetris bernama Cheez pada tahun 2020. Teknik ini kemudian populer dipakai kalangan gamer NES untuk memainkan Tetris, dihimpun KompasTekno dari saluran YouTube aGameScout, Kamis (4/1/2024).

Adapun Tetris merupakan game yang sudah hadir sejak tiga dekade lalu. Meski eksis di berbagai negara selama puluhan tahun, game itu belum pernah tamat kecuali oleh AI, sampai Scuti mengalahkannya.

Selama ini, umumnya para pemain memainkan game Tetris sampai level yang dia bisa, atau setidaknya sampai level 29. Sebab, kecepatan balok di Tetris yang harus digabungkan dengan balok lainnya, datang dalam tempo yang kian cepat.

Sejarah Tetris

Tetris adalah game yang lahir secara tidak sengaja. Kisahnya bermula pada tahun 80-an.

Pada 6 Juni 1984, seorang pembuat perangkat lunak (software) Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet di Moskow, Rusia (Soviet) merancang sebuah game sederhana untuk menguji kebolehan komputer model anyar bernama Electronika 60.

Alexey Pajitnov, nama insinyur tersebut, lantas membuat suatu game yang terinspirasi dari "Pentomino", game menyusun balok tiga dimensi berjenis jigsaw puzzle yang ia sering mainkan pada masa kecilnya.

Serupa dengan Pentomino, game ini mengharuskan pemain merangkai balok-balok dua dimensi agar tersusun rapi memenuhi ruang kosong yang tersedia.

Namun, alih-alih dua belas, jenis balok yang ada di game tersebut disederhanakan hingga berjumlah tujuh.

Pajitnov lantas menamai game tersebut dengan "Tetris", nama gabungan dari "tetra" (bahasa Yunani dari angka empat) dan "tenis" (olahraga favorit Pajitnov).

Adapun penamaan empat ini tak lepas dari tiap keping Tetris yang terdiri dari empat buah bidang persegi.

Pajitnov mengaku kecanduan game tersebut karena dia anggap Tetris sangat seru.

"Saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memainkan versi prototipe ini, karena sangat adiktif untuk menyatukan balok-baloknya," kata Pajitnov, sebagaimana dikutip KompasTekno dari CNN.

Dalam waktu singkat, Tetris meraup popularitas di kalangan programer yang memiliki akses ke komputer Electronika 60. Namun, perlu dicatat, game ini belum memiliki tampilan visual yang apik.

Tiap batang Tetris di versi awalnya dibuat menggunakan beberapa tanda kurung siku "[" dan "]" hingga membentuk satu balok Tetris.

Pajitnov lantas didorong oleh berbagai pihak untuk merilis Tetris di luar perangkat yang lebih populer dari Electronika 60, yaitu IBM PC. Perangkat ini sejatinya juga memiliki kemampuan grafis yang lebih mumpuni.

Pembuatan Tetris versi IBM PC sendiri mengandalkan mahasiswa magang bernama Vadim Gerasimov yang kini bekerja di Google.

Sesaat setelah dirilis di perangkat tersebut pada 1986, Tetris langsung "naik daun" dan populer di kalangan pengguna PC di masa tersebut.

Nama Tetris lantas semakin melejit. Orang-orang pun membagikan informasi mengenai serunya game tersebut dari mulut ke mulut.

Bahkan, tak sedikit pengguna yang disebut menyalin game Tetris dari komputer kerabatnya ke disket, supaya game itu bisa dipasang di komputernya masing-masing.

Pada tahun 1988, Tetris menjadi game PC komersial di wilayah Inggris dan Amerika Serikat.

Game tersebut dirilis berkat bantuan seorang karyawan dari perusahaan software asal Hungaria bernama Andromeda, Robert Steain. Stein membantu mengurus proses lisensi game tersebut agar bisa dirilis di luar Soviet.

Meski dijual di luar "kampung halamannya", permainan ini tetap didesain dengan ciri khas Soviet melalui ilustrasi kemasan bertema Kremlin dan aksara Cyrillic.

Penjualan Tetris sendiri diakui memiliki performa yang baik, namun disebut belum maksimal.

Hal itu menarik minat seorang pengembang game asal Belanda, Henk Rogers yang menyadari bahwa Tetris merupakan game yang sangat cocok dimainkan di perangkat handheld besutan Nintendo, Game Boy.

Rogers lantas melakukan pendekatan terhadap Minoru Arakawa, bos Nintendo America kala itu dan meyakinkannya untuk mem-bundling game Tetris bersama penjualan Nintendo Game Boy yang kala itu bakal dirilis di wilayah Amerika Utara dan Eropa.

"Jika Anda ingin anak-anak membeli Game Boy, maka sertakan game Mario (dalam penjualan). Tetapi, jika Anda ingin semua orang membeli Game Boy, maka Anda harus menyertakan Tetris," ujar Rogers kala itu.

"Ancaman" tersebut berhasil dan Rogers lantas langsung pergi ke Soviet untuk mendapatkan lisensi game Tetris dari lembaga yang mengatur ekspor software dan hardware buatan dalam negeri, Electronorgtechnica (Elorg).

Di Elorg, ia bertemu dengan Pajitnov dan langsung menjadi kerabatnya, hingga akhirnya mendapatkan lisensi untuk merilis Tetris di Game Boy. Kala itu, penjualan Tetris di konsol handheld tersebut diklaim mencapai 35 juta kopi.

https://tekno.kompas.com/read/2024/01/04/10030077/setelah-lebih-dari-30-tahun-game-tetris-akhirnya-ditamatkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke