Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinyal Digital Membawa Basuki Berkiprah di Eropa

Kompas.com - 20/01/2014, 13:45 WIB

Selain itu, diperlukan ketekunan dan fokus pada pekerjaan. Basuki merasa kerja keras itu terbayar saat berhasil menemukan teknologi yang akan eksis di masa depan lebih cepat dibandingkan orang lain. Apalagi saat ide itu diterapkan di telepon genggam dan digunakan jutaan orang.

”Itu kebanggaan,” kata Basuki yang tak lantas berpuas diri. ”Apa yang saya raih belum seberapa dibandingkan ribuan paten 4G yang sudah ada.”

Di sisi lain, dia mengaku ada hal yang kurang menyenangkan berkiprah di Eropa. ”Saya enggak enak karena bekerja di luar negeri,” katanya. Ini membuatnya tinggal jauh dari keluarga, terutama orangtua.

Oleh karena itu, salah satu tantangan dia adalah bagaimana bisa berkiprah di Indonesia meski hal itu relatif masih sulit karena Indonesia sekadar jadi konsumen. Ia menilai belum banyak upaya pemerintah untuk membuat Indonesia jadi lebih mandiri di sektor telekomunikasi.

Namun, hal itu tak membuatnya berdiam diri. Basuki menjajaki kemungkinan membangun pusat desain dan penelitian berskala internasional di Indonesia. Ia mengajak anggota Diaspora Indonesia lain yang berpotensi dan punya keahlian serupa untuk berkolaborasi. Ia berharap hal ini bisa terwujud.

”Indonesia itu pangsa pasarnya besar, tetapi sejauh ini hanya sebagai pengguna. Dari sisi teknologi, kita mengikuti apa yang sudah dikembangkan di luar negeri. Sebenarnya banyak orang Indonesia yang berpotensi, tetapi belum menemukan wadah,” katanya.

Kendati jauh dari Tanah Air, Basuki berusaha berkontribusi untuk Indonesia. Misalnya, saat pulang, ia menyempatkan diri memberikan kuliah umum di beberapa universitas, seperti Institut Teknologi Bandung dan Telkom University. Ia ingin membuka wawasan mahasiswa agar termotivasi untuk belajar dan bersekolah lebih tinggi, sekaligus percaya diri.

Dia juga punya ”mimpi” agar orang Indonesia yang tinggal di luar negeri dan tergabung dalam Diaspora Indonesia bisa membangun wadah jejaring global. Di jejaring ini, anggota Diaspora Indonesia bisa saling berkomunikasi, terutama mengenai potensi masing-masing.

”India dan China sudah bagus. Ini juga memungkinkan peneliti dua negara itu yang bekerja di luar negeri mudah kembali dan berkiprah di negaranya,” tutur Wakil Sekretaris Jenderal Diaspora Indonesia itu.

Semoga harapannya terwujud dan Indonesia tak lagi menjadi konsumen belaka.

—————————————————————————
Dr Ir BASUKI ENDAH PRIYANTO, MEng
 
♦ Lahir: Bandung, 9 Juni 1976
♦ Istri: Dokter Ihdina Sukma Dewi, MSc (31)
♦ Anak: Rayan Erik Priyanto (4,5)
♦ Pendidikan:
- PhD Wireless Communications Aalborg Universitet, Denmark, 2005-2008
- MEng Wireless Communications Nanyang Technological University, Singapura, 2000-2002  
- Teknik Elektro (Cum Laude) Institut Teknologi Bandung, 1994-1998
♦ Pekerjaan:
- Senior Specialist Huawei Technologies Sweden AB,  2012-kini
- Staf Engineer Ericsson AB Sweden, 2008-2012
- External Researcher Nokia Siemens Networks ApS Denmark, 2005-2008
- Research Associate, Nanyang Technological University, Singapura, 2002-2005
- Network Engineer Schlumberger, 1999-2000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com