Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Tahun MH370, dari Pamitan sampai Dianggap Jatuh

Kompas.com - 08/03/2015, 15:45 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

Apalagi, B777 milik Malaysia Airlines tersebut juga dilengkapi dengan sistem data satelit Inmarsat, satelit komunikasi yang banyak digunakan oleh maskapai penerbangan di seluruh dunia, juga kapal-kapal dagang untuk melacak posisinya.

Semenjak hilangnya MH370 hingga kini, berbagai analisis dari para pengamat penerbangan dan investigator di seluruh dunia pun bermunculan. Bahkan, teori-teori konspirasi pun muncul dengan menyangkut-pautkannya dengan operasi yang dilakukan oleh badan intelijen AS.

Informasi yang simpang siur

Menurut Jeff Wise, penulis buku The Plane That Wasn't There yang tulisannya juga dimuat di New York Magazine, (23/2/2015), peristiwa seperti MH370 ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan salah satu hal yang membuat MH370 terkesan misterius dan penyelidikannya sulit untuk dilakukan adalah karena informasi dari pihak berwenang Malaysia yang simpang siur.

Misalnya, Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak yang pada pagi 8 Maret 2014 mengumumkan lokasi jatuhnya MH370 diperkirakan di Laut China Selatan. Pencarian besar-besaran pun dikerahkan pada pagi yang naas itu.

Namun, tak lama setelah itu, pihak berwenang Malaysia mengumumkan pencarian juga dilakukan di Laut Andaman, yang notebene jaraknya terpisah sejauh 400 mil.

Informasi yang beredar belakangan menyebut bahwa radar milik militer Malaysia sempat menangkap sinyal MH370 walau pesawat tersebut telah mematikan transponder dan hilang dari radar sipil. (Baca: Militer Malaysia: MH370 Terakhir Terlihat di Selat Malaka)

Pada mulanya, pihak Malaysia membantah kabar yang menyebut MH370 terbang ke arah barat, atau berbelok 180 derajat dari arah semula. Namun setelah satu minggu pencarian dilakukan di Laut China Selatan, pihak Malaysia mengakui bahwa mereka mengetahui kalau MH370 sempat berputar berlawanan arah yang seharusnya. (Baca: Ini Bukti Malaysia Airlines MH370 Sengaja Hindari Radar).

Informasi baru, harapan baru?

Inmarsat, operator penyedia layanan komunikasi data yang juga dipakai oleh Malaysia Airlines,  pada saat itu mengetahui bahwa salah satu satelitnya yang kebetulan melintas di sekitar Samudera Hindia, menangkap sinyal yang dipancarkan MH370 selama tujuh jam setelah transponder pesawat dimatikan.

Menurut pihak Inmarsat, dengan menggunakan perhitungan matematika, serta handshake yang terjadi antara sistem di pesawat dengan satelit milik Inmarsat, pesawat diketahui mengirimkan lokasinya secara periodik.

Data yang digunakan adalah data burst frequency offset, atau disingkat BFO, yang merupakan salah satu aspek dari handshake satelit.

BFO dihitung dengan mengukur perubahan panjang gelombang sinyal yang ditentukan oleh posisi pesawat relatif terhadap satelit.

Handshake atau "ping" yang terjadi antara sistem komunikasi Inmarsat yang tertanam dalam B777 MH370 dengan salah satu satelit Inmarsat tersebut tidak mengandung data lokasi, melainkan hanya interval panjang gelombang saja, atau jarak yang menuju ke penjuru arah dari satelit berada.

Melalui data jarak interval itulah Inmarsat membuat plot lokasi pesawat berdasar panjang gelombang transmisi. Hasilnya adalah lokasi yang berbentuk seperti garis melingkar setengah lingkaran, dengan sumbu utamanya adalah posisi satelit berada.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com