Uang dari mana?
Dengan memangkas iuran tahunan, WhatsApp kehilangan satu-satunya sumber pendapatan. Lalu dari mana perusahaan ini akan mendapatkan uang?
Lagi-lagi, Koum menampik kekhawatiran bahwa pihaknya bakal melakukan sesuatu yang berpotensi mengganggu kenyamanan pengguna.
“Orang-orang mungkin bertanya bagaimana kami menjalankan WhatsApp tanpa menarik biaya langganan, atau khawatir bahwa pengumuman ini bakal menandai kehadiran iklan pihak ketiga,” tulis Koum dalam sebuah posting blog.
“Jawabannya adalah tidak akan ada iklan.”
Layanan ini nantinya bisa dipakai oleh entitas bisnis untuk berkomunikasi dengan pelanggan masing-masing tanpa perlu membayar biaya tambahan lain.
Koum mencontohkan komunikasi dalam proses verfifikasi transaksi antara konsumen dengan bank, lalu bisa juga pemberitahuan tertundanya penerbangan dari maskapai ke calon penumpang.
“Semua pesan tersebut sekarang disampaikan melalui jalur lain, yakni lewat telepon dan SMS. Kami ingin menguji aneka tools baru untuk membuat ini lebih mudah dilakukan lewat WhatsApp,” terang Koum. Masih belum jelas seperti apa nantinya layanan bisnis yang dimaksud.
Mengapa WhatsApp mengganti model bisnis yang tadinya menggarap konsumen jadi menyasar segmen korporat?
Perusahaan yang didirikan pada 2009 ini rupanya merasa bahwa penarikan biaya langganan seperti yang dijalankannya selama bertahun-tahun kurang bisa diandalkan untuk mengisi kas perusahaan.
Sebabnya, menurut Koum, adalah banyaknya pengguna WhatsApp yang tak punya kartu debit atau kredit untuk membayar biaya langganan.
Alhasil, basis pengguna WhatsApp yang kini sudah mencapai kisaran 990 juta, berlipat dua semenjak akuisisi oleh Facebook- pun tak bisa dimanfaatkan dengan optimal. Hingga kemudian diputuskanlah untuk menghapus biaya tersebut sama sekali.
Saat berbicara di Konferensi Digital Life Design di Munich, Jerman, awal minggu ini, Koum menjelaskan bahwa WhatsApp mencoba menerapkan model bisnis “commercial-participation”, sebuah bentuk evolusi model “freemium” di mana hanya pengguna tertentu saja yang dikenai biaya layanan.
Dalam hal ini, para pengguna itu adalah kalangan korporat yang bersedia membayar lebih untuk fitur premium atau volume yang lebih besar.