Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut BMKG, Ini Penyebab Dua Pesawat Kena Turbulensi Parah

Kompas.com - 08/05/2016, 21:00 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Dalam turbulensi tingkat 3, pesawat mengalami perubahan ketinggian dan arah yang besar sehingga bisa lepas kendali selama beberapa saat.

Di dalam, penumpang yang memasang sabuk pengaman akan merasakan sensasi terjepit parah, sementara mereka yang tidak memakai seat belt atau sedang berjalan akan terlempar.

Dari jenisnya, turbulensi Etihad Airways EY-474 termasuk kategori Clear Air Turbulence (turbulensi cuaca cerah, CAT) yang sulit dideteksi secara visual maupun oleh radar cuaca.

CAT sering terjadi di area Tropopause, ruang udara antara Troposphere dan Stratosphere yang berada di ketinggian antara 23.000-39.000 kaki (7.000-12.000 meter di atas permukaan laut.

Turbulensi Hong Kong Airlines

Hanya berselang dua hari semenjak peristiwa yang menimpa pesawat Etihad Airways, turbulensi parah kembali terjadi.

Kali ini menimpa pesawat Hong Kong Airlines nomor penerbangan CRX-6704/ HX-6704 pada Sabtu (7/5/2016) dinihari pukul 02.40 WIB di wilayah udara sekitar pulau Kalimantan.

Pesawat itu sedianya akan menuju Hong Kong usai bertolak dari Bali. Namun, usai terkena turbulensi, pilot Tinios Peter memutuskan untuk kembali ke Bandara Ngurah Rai.

Sama dengan Etihad Airways, turbulensi yang dialami Hong Kong Airlines HX-6704 juga termasuk dalam ketegori parah dan dari jenis CAT.

Sebanyak 17 orang dalam penerbangan Hong Kong Airlines HX-6704 dilaporkan mengalami cidera. Sementara, Etihad Airways EY-474 mencatat 31 penumpang dan awak pesawat terluka. Banyak di antara mereka mengalami patah tulang akibat terlempar.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Citra satelit jenis awan saat pesawat Hong Kong Airlines HX-6704 mengalami turbulensi, pukul 02.40 WIB. Warna merah menunjukkan awan Cumulonimbus

“Kejadian beruntun dari turbulensi tingkat severe ini diindikasikan akibat peningkatan perbedaan kceapatan angin pada level atas pada level tropopause, “ tulis BMKG mengenai dua kejadian di atas.

“Hal ini menyebabkan shear (perbedaan arah dan kecepatan angin) yang besar yang berpotensi pada kejadian turbulensi,” tambah badan meteorologi itu.

Dalam kasus Hong Kong Airlines HX-6704, aktivitas konvektif atau awan CB diduga memberikan kontribusi meningkatnya turbulensi cuaca cerah di dekat lokasi kejadian. Ketika itu awan CB berada di tenggara Pulau Kalimantan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com