Bila pada awalnya kriptologi banyak berkutat pada teks, teknik penyandian ini akhirnya terus berkembang. Fungsinya pun semakin fokus ke teknik pengamanan, tak sekadar memastikan sebuah pesan diterima dan dipahami oleh orang yang dituju.
Di antara perkembangan urusan pengamanan itu adalah memanfaatkan anggota badan manusia untuk membuat kode khusus agar dapat membaca atau mengakses data atau tempat penyimpanannya. Teknik ini dikenal sebagai biometri.
Pada prinsipnya, kriptografi adalah upaya mengubah data jelas (plaintext) ke dalam bentuk data sandi (ciphertext) yang tidak dapat dikenali. Ciphertext ini yang kemudian dikirimkan ke penerima (receiver). Untuk membuka ciphertext menjadi plaintext, butuh kode sesuai yang “disepakati” dalam algoritma kriptografi.
Nah, dalam biometri, kode-kode itu adalah anggota badan yang tak bisa tertukar oleh orang lain dan punya ciri unik yang tunggal. Misalnya, retina mata, sidik jari, atau pengenalan suara.
Pada perkembangan teknologi modern, jarak “pengirim” dan “penerima” pesan tersandi itu ada di satu benda. Smartphone, misalnya. Wujudnya adalah izin akses untuk membuka dan menjelajahi isi ponsel.
Pada awal kemunculan ponsel pintar, izin akses dijaga dengan password, baik dalam rupa angka, huruf, maupun kombinasi angka dan huruf. Berikutnya, muncul algoritma pola geseran tangan di atas tombol-tombol angka yang tertera di layar ponsel, ketika teknologi smartphone sudah didominasi layar sentuh.
Dirasa masih menyusahkan—entah karena sulit buat menghapal password, butuh waktu terlalu lama untuk membuka akses, maupun pola geseran terlalu rawan ketahuan—teknologi pengamanan akses pun terus berkembang di peranti ini.
Di sinilah biometri hadir di teknologi segenggaman tangan tersebut, terutama berupa pengamanan berbasisfinger print. Salah satu gadget yang sudah memasang pengaman berbasis sidik jari adalah Oppo F1 Plus.
Sensor bernama “Touch Screen” di ponsel kamera ini, bermanfaat untuk mengunci ponsel dan membuka kunci tanpa harus memasukan kode PIN tiap kali melakukan unlock.
Hanya butuh waktu 0,2 detik bagi pengguna untuk mengaktifkan ponsel ini, setelah sidik jari ditempelkan di bagian pembuka akses. Selama jari masih menempel di tangan, hanya pemilik ponsel yang bisa membuka akses ponsel.
Kalau sudah begini, tak perlu lagi khawatir ponsel dibuka, diakses, dan dibaca isinya oleh sembarang orang. Tak perlu lagi juga menghapal sederet angka, huruf, apalagi kombinasi angka dan huruf.
Ibarat kata, sekarang tinggal tempel jempol maka privasi terjaga. Penasaran?