Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wicak Hidayat

Penulis teknologi yang saat ini terjun bebas ke dunia startup digital. Ia aktif di Code Margonda bersama komunitas lainnya di Depok. Juga berperan sebagai Tukang Jamu di sebuah usaha rintisan bernama Lab Kinetic.

kolom

Gampang Masuk Perangkap, Kita Manusia atau Tikus?

Kompas.com - 08/08/2016, 11:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorDeliusno

Reuters Institute for The Study of Journalism mengungkapkan satu hasil survei yang buat saya cukup mengkhawatirkan. Pembaca berita rupanya senang jika berita yang disodorkan padanya dipilih oleh algoritma (mesin, bukan manusia) berdasarkan apa yang pernah ia baca sebelumnya (36 persen).

Pembaca lebih suka hal itu daripada dipilihkan oleh mesin tapi berdasarkan apa yang dibaca oleh temannya (22 persen) atau dipilihkan oleh editor (30 persen). (Lengkapnya, baca di http://www.digitalnewsreport.org/)

Kasarnya, 58 persen lebih suka berita yang ia baca adalah yang dipilihkan oleh mesin dan hanya 30 persen yang suka dipilihkan oleh manusia lain, dalam hal ini oleh editor dan wartawan media massa.

Ini jelas mengkhawatirkan karena berita yang dipilihkan oleh mesin secara otomatis bisa menyebabkan:

- Gelembung saringan, yang membuat orang hanya membaca berita yang membenarkan pandangan yang selama ini dimilikinya

- Diskriminasi algoritmis, ketika berita otomatis itu membuat orang tertentu ketinggalan informasi penting, contohnya orang miskin tidak dapat berita soal keuangan.

- Masalah privasi, karena data yang digunakan untuk membuat fitur personalisasi itu adalah data di tingkat individu.

Tapi, kenapa pembaca menyukai itu? Kenapa, misalnya, teman-teman Joni senang mendapatkan berita yang itu-itu juga, ya tulisan-tulisan yang dibuat oleh Joni dan sejenisnya itu?

Masalahnya, memang sangat nyaman dan empuk untuk hanya melihat yang kita memang sudah suka. Melihat pandangan yang berbeda adalah sesuatu yang tidak nyaman. Membaca hal yang bertentangan dengan yang kita percaya adalah sesuatu yang bisa membuat kesal.

Saat melihat sesuatu yang tidak kita setujui, atau seseorang yang tidak setuju dengan pandangan kita, sangat besar kemungkinan untuk tidak menyukainya. Cukup besar juga kemungkinan kita untuk melakukan sesuatu, seperti meninggalkan situs yang sedang kita buka.

Takut Joni kabur?

Hal yang terakhir itu yang mungkin ditakutkan para penyedia layanan media sosial, situs berita atau layanan online lainnya. Mereka ingin pengunanya nyaman dan betah terus-menerus menggunakan layanan mereka, agar iklan-iklan itu tetap dapat tampil.

Tapi, benarkah harus demikian?

Eduardo Graells-Garrido di Universitat Pompeu Fabra, Barcelona, Spanyol. Dan juga Mounia Lalmas dan Daniel Quercia di Yahoo Labs, seperti dimuat oleh Technology Review di 2013 lalu, menemukan cara untuk memecah gelembung itu.

Mereka menemukan bahwa gelembung itu bisa dipecah dengan memberikan rekomendasi atas orang yang memiliki pandangan berbeda di topik tertentu tapi minat yang sama di topik yang berbeda.

Persamaan itu menjadi semacam jembatan yang kemudian bisa membuka pandangan pengguna, sehingga mereka lebih mudah menerima adanya orang dengan pandangan berbeda. Tidak serta-merta mengubah pandangan, tapi menjadi lebih terbuka dan tidak seperti pengikut Si Joni yang sampai harus melarang orang makan ayam, ikan atau… kelinci!

Jika sudah lebih terbuka, orang-orang ini akan lebih mudah menerima perubahan. Nah, bagi penyedia layanan hal ini mungkin bisa berguna saat mereka hendak melakukan perubahan tampilan pada layanannya.

Pengguna yang pikirannya terbuka tidak akan mudah ngambek dan meninggalkan layanan tertentu hanya karena ada perubahan kecil seperti tombol Like jadi Love.

Namun, selama itu belum terjadi, mari kita semakin sadar sebagai pengguna. Jangan mau hanya jadi tikus yang mudah masuk perangkap. Kita manusia, bisa dan mampu melihat yang berbeda. Pecahkan gelembung Anda, sekarang!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com