Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anak Pinggiran Belajar dan Akhirnya Jadi Guru "Coding"

Kompas.com - 10/10/2016, 14:37 WIB

Tim Redaksi

Sekarang, keduanya sudah punya jadwal mengajar secara tetap. Setidaknya sepekan tiga kali di sekolah dan empat kali dalam satu minggu di rumah baca. Itu belum termasuk permintaan mengajar di sejumlah sekolah lain, seperti yang akan segera mereka jalani pada salah satu sekolah di wilayah Serpong, Banten.

“Kita ngajarin cara bikin game. Kita bikin game edukatif, misalnya (menunjukkan agar) membuang sampah ke tempatnya,” ujar Sahrul.

Selain itu beberapa mata pelajaran tertentu untuk membantu murid-murid dalam memahami ilmu pengetahuan. Game dengan konten mata pelajaran tersebut biasanya dikemas dalam bentuk kuis.

Selama proses sebagai pengajar coding untuk rekan-rekan sebayanya itu, Sahrul dan Fajar menemui sejumlah hal mengesankan. Salah satunya, dalam sebuah kelas dimana mereka mengajar, terdapat seorang murid yang sangat antusias sekalipun rekan-rekan mereka cenderung menunjukkan sikap sebaliknya.

Fajar dan Sahrul kemudian fokus untuk mengajari murid tersebut, dengan muatan pengajaran lebih mutakhir. “”Kita senang mengajar,” imbuh Fajar dan Sahrul.

Selain mengajari rekan-rekan mereka untuk membuat game edukatif yang membantu murid-murid sekolah memahami beragam ilmu pengetahuan, Sahrul dan Fajar menyebutkan bahwa kehidupan mereka dan bagaimana mereka memandang segala hal dalam kehidupan, pada saat ini relatif berubah.

Mereka lebih cenderung untuk melakukan analisis secara kritis dan mencari hubungan sebab akibat yang logis atas nyaris segala sesuatunya, alih-alih menanggapi secara emosional apapun yang dilihat atau dialami.

“Sekarang ini kalau mau ngapa-ngapain, saya selalu berpikir untuk menyusun script (bahasa pemrograman komputer untuk menentukan tindakan berdasarkan sebab akibat, keniscayaan konsekuensi). Mulai sejak bangun pagi, apapun yang saya lihat, misalnya mobil, saya berpikir bagaimana script-nya,” sebut Sahrul.

Sepuluh tahun dari sekarang, Sahrul dan Fajar memroyeksikan diri mereka sukses sebagai orang yang memahami ilmu pemrograman komputer dan kreativitas secara lebih dalam lagi. Pemahaman itu, kata Sahrul dan Fajar, bakal mereka pergunakan untuk menyebarkan dan mewujudkan lebih banyak lagi inspirasi bagi anak-anak di Indonesia.

Salah satu agenda terdekat bagi keduanya adalah dengan kembali menjadi tutor pada pelatihan dan lomba Cipta Game dengan tema pertanian organik dan kemungkinan ditambah dengan tema jurnalistik pada 15-16 Oktober mendatang. Ini bakal dilakukan dalam bingkai kegiatan Organic, Green, & Healthy Expo di Bentara Budaya, Kompas Gramedia, Jakarta pada 13-16 Oktober 2016.

Baca: Cerita Mahasiswa Asal Boyolali Magang di Silicon Valley

Tasripin

Selain Sahrul dan Fajar yang hari itu turut menjadi tutor dan menceritakan kisah mereka sebagai inspirasi bagi peserta lain, datang pula anak-anak lain yang tergabung serta diasuh sejumlah komunitas pendidikan bagi kelompok marjinal di wilayah Jabodetabek.

Beberapa di antaranya adalah mereka yang tergabung dalam komunitas Indocharity, Sobat Kolong, dan sejumlah sekolah dalam jejaring komunitas Sekolah Raya.

Selain mereka, datang pula Tasripin, beserta 10 rekannya dari MTs PAKIS (Piety, Achievement, Knowledge, Integrity, and Sincerity) dari Kampung Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com