Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Porno Palsu "Deepfake" Mengancam Perempuan di Internet

Kompas.com - 04/01/2019, 09:41 WIB
Fatimah Kartini Bohang,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Baru-baru ini muncul pula satu video porno palsu yang menampakkan wajah Scarlett Johansson dan telah ditonton 1,5 juta kali. Ia meminta kejahatan semacam ini cepat ditindak, jangan sampai terlambat untuk melindungi perempuan lain dan anak-anak kecil.

“Tak ada yang bisa menghentikan seseorang memotong dan menempelkan foto wajah saya ke tubuh orang lain dan membuatnya realistis,” kata Scarlett Johansson.

“Faktanya, upaya melindungi diri di internet tak ada gunanya. Internet adalah lubang kegelapan yang dalam dan akan memakan dirinya sendiri,” ia menambahkan.

Bentuk balas dendam

Bukan cuma untuk memuaskan imajinasi visual liar lelaki, deepfake juga menjadi bentuk balas dendam kaum adam ke perempuan tertentu. Misalnya saja pada kasus aktivis feminisme, Anita Sarkeesian.

Ia telah lama dikucilkan dari internet karena kritik feminisnya terkait budaya populer dan video games. Belakangan beredar deepfake yang memperlihatkan wajahnya tengah beradegan panas di situs dewasa Pornhub.

Baca juga: Pentagon Terungkap Khawatir Perkembangan Artificial Intelligence

Lebih dari 30.000 kali video itu ditonton. Dalam forum deepfake, poster soal video itu tersebar dan dijadikan meme. Para anggota anonimnya pun saling melontar pernyataan bengis.

“Ini adalah deepfake yang kita butuhkan dan layak kita semua terima. Dia (Anita Sarkeesian) lebih dulu menyerang kita. Sekarang dia hanya butuh membuka mulut lebar-lebar,” kata seorang anonim.

Anita Sarkeesian angkat bicara soal deepfake dirinya. Menurut dia, ini merupakan bukti bahwa internet adalah tempat yang menyeramkan bagi perempuan, sebab banyak lelaki yang semakin merasa berhak atas tubuh perempuan secara virtual.

“Untuk perempuan yang bukan figur publik, ini bisa merugikan prospek kerja masa depan, relasi interpersonal, reputasi, dan kesehatan mental,” ia menuturkan.

Belum ada solusi

September lalu, Google menambahkan “citra foto pornografi yang tak disengaja” ke daftar konten yang dilarang (ban list).

Artinya, para korban deepfake bisa meminta mesin pencari untuk memblokir hasil penelusuran yang secara keliru menggambarkan mereka sedang telanjang atau dalam situasi seksual yang eksplisit.

Namun, solusi ini belum benar-benar menyelesaikan masalah. Jumlah deepfake sudah terlalu banyak dan menargetkan perempuan-perempuan biasa yang tak dikenal publik.

Korban deepfake kerap tak sadar telah menjadi korban, sebab video mereka tak menjadi viral dan hanya dikonsumsi segelintir orang tertentu. 

Baca juga: Nasib Moderator Konten Medsos, Terpaksa Nonton Video Porno 8 Jam

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com