KOMPAS.com - Masih ingat dengan skandal Cambridge Analytica yang menimpa Facebook beberapa waktu lalu? Kasus kebocoran data 87 juta pengguna Facebook itu kini memasuki babak baru.
Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat, (FTC) memastikan bahwa Cambridge Analytica dengan sengaja mengelabui pengguna Facebook untuk mengumpulkan data serta informasi pribadi milik pengguna.
Cambridge Analytica menggunakan informasi pribadi pengguna Facebook tersebut secara diam-diam untuk menargetkan pemilih menjelang pemilihan presiden 2016 silam.
"Komisi menemukan bukti bahwa Cambridge Analytica melanggar undang-undang Komisi Perdagangan Federal melalui tindakan penipuan," ungkap FTC.
FTC pun meminta Cambridge Analytica untuk menjaga kerahasiaan data pengguna yang dikumpulkannya, atau jika tidak pihak Cambridge Analytica harus menghapus data-data tersebut.
Hampir dua tahun setelah skandal tersebut terkuak, ini adalah pertama kalinya pihak FTC mengeluarkan pernyataan resmi.
Untuk mengingatkan kembali, awal tahun 2018 lalu, Facebook tersandung skandal penyalahgunaan data pribadi pengguna.
Sebanyak 87 juta data pengguna berada di tangan firma analis data Cambridge Analytica. Data ini diduga disalahgunakan untuk keperluan pilpres AS tahun 2016.
Baca juga: Facebook Sanggupi Bayar Denda Rp 9 Miliar Akibat Skandal Cambridge Analytica
Sejak skandal itu menyeruak, FTC menggelar investigasi terhadap Facebook yang juga mendapat pengawasan ketat terkait penggunaan data pribadi pengguna.
FTC juga sejatinya memiliki wewenang untuk meminta pertanggungjawaban Mark Zukerberg selaku CEO Facebook Inc, terkait segala isu tentang penyalahgunaan data pengguna.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.