Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/01/2021, 17:23 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Layanan pesan instan Telegram belakangan tengah naik daun karena digadang-gadang lebih "aman" ketimbang WhatsApp soal urusan data pribadi. Namun, baru-baru ini, Telegram justru menjadi penyebab di balik pengajuan gugatan terhadap Apple.

Mantan Duta Besar Marc Ginsberg bersama organisasi nirlaba non-partisan Coalition for a Safer Web (CSW) resmi menggugat Apple ke Pengadilan Distrik Utara California karena tidak meghapus Telegram dari toko aplikasinya, App Store.

Menurut keduanya, Telegram digunakan untuk menyebarkan konten kekerasan, ekstremis, teroris, dan konten kebencian. Dalam gugatan tersebut, Apple dinilai gagal mengikuti kebijakan dan pedomannya sendiri.

Telegram juga diklaim sebagai platform yang juga digunakan untuk koordinasi penyerbuan Gedung Capitol di Washington DC.

Baca juga: Tinggalkan WhatsApp, Lebih Baik Pilih Signal atau Telegram?

Sikap Apple terhadap Telegram dinilai berbeda dibandingkan pada Parler, media sosia yang konon digunakan juga oleh penyerang Gedung Capitol. Parler sendiri sudah dihapus dari App Store.

Sikap yang dianggap sebagai "pilih kasih" inilah yang menjadi salah satu dasar gugatan terhadap Apple.

"Apple tetap mengizinkan Telegram tersedia di App Store terlepas dari pengetahuan Apple bahwa Telegram digunakan untuk mengintimidasi, mengancam, dan memaksa anggota masyarakat," isi gugatan sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Apple Insider, Selasa (19/1/2021).

Oleh karena itu, CSW dan Ginsberg menuntut Apple untuk memeriksa Telegram secara cermat dan menghapus Telegram dari toko aplikasinya, seperti Parler.

Dilaporkan juga bahwa CSW berencana melakukan tuntutan serupa agar Telegram dihapus dari Google Play Store.

Baca juga: Mengenal Telegram, Aplikasi Chat yang Dilirik sebagai Pengganti WhatsApp

Tuduhan lain

Sebelum gugatan ini dilayangkan ke pengadilan, pada Juli 2020, Ginsberg yang juga presiden dari CSW megaku pernah meminta Apple untuk menghapus Telegram karena alasan menghasut adanya kekerasan ekstremis. Namun, permintaan ini tidak dikabulkan oleh Apple.

Pada Juni 2020, CSW juga menuduh Telegram digunakan sebagai saluran komunikasi pemerintah Rusia untuk menyebarkan misinformasi dan perpecahan rasial di Amerika Serikat dan Eropa.

Selain itu, CSW juga menuduh Telegram digunakan oleh kelompok anti-hitam dan anti-semit untuk menyebarkan konten tanpa dimoderasi.

Telegram juga disangkakan digunakan sebagai platform koordinasi dan menghasut adanya penyerbuan sebelum pelantikan Presiden terpilih Joe Biden.

Baca juga: Membandingkan Fitur dan Keamanan WhatsApp, Telegram, dan Signal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com