Kemarahan warganet bersumber dari laporan terbaru Microsoft tentang Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan pegguna internet di dunia maya. Dalam laporan tersebut, indeks kesopanan pengguna internet Indonesia dinilai rendah di tingkat global.
Banyak komentar berbahasa Indonesia berisi umpatan dan kata kasar, seolah-olah "membenarkan" survei yang dipublikasi Microsoft.
Dalam survei tersebut, Indonesia menempati urutan ke-29 dari 32 negara. Artinya, Indonesia masuk sebagai salah satu negara dengan tingkat kesopanan digital yang tergolong rendah di dunia. Bahkan, di kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di urutan terbawah.
Baca juga: Tingkat Kesopanan Orang Indonesia di Internet Paling Buruk Se-Asia Tenggara
Terlepas dari hasil survei Microsoft, perilaku warganet Indonesia yang kerap menyampaikan komentar dengan cara kurang tepat sejatinya mudah ditemui di media sosial. Bahkan, hal ini dirasakan langsung oleh pengelola akun media sosial.
"Banyak yang kasar sebenarnya, karena kadang sudah berusaha bikin konten, tapi ngatainnya suka sembarangan," aku Chika, salah satu admin akun media sosial sebuah startup.
Chika menambahkan, terkadang ada pula komentar kritik yang disampaikan dengan sopan.
Hal yang sama juga dirasakan oleh salah satu admin akun media sosial salah satu media di Indonesia, yang enggan disebutkan namanya.
Dia mengatakan bahwa serbuan komentar negatif kerap membanjiri postingan berita kontroversial, seperti pertikaian selebriti atau tokoh publik lain.
"Respons netizen Indonesia cepat banget untuk berita yang berbau SARA dan kontroversi," katanya.
Persepsi bahwa warganet Indonesia tidak sopan ketika berkomunikasi di dunia maya juga diamini pengamat media sosial, Ismail Fahmi.
Baca juga: Orang Indonesia Dikenal Ramah, Mengapa Dinilai Tidak Sopan di Dunia Maya?
Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels tersebut mengatakan bahwa survei Microsoft menggambarkan kondisi komunikasi di media sosial Indonesia saat ini.
Menurutnya, banyak orang berani "asal bunyi" di media sosial, karena pengguna merasa lebih bebas dan tanpa rasa sungkan menyampaikan komentar pedas, karena tidak bertatap muka langsung.
Pengamat psikososial dan budaya, Endang Mariani juga berpendapat bahwa orang Indonesia lebih berani menyatakan pendapat, termasuk komentar negatif, lewat dunia maya karena bisa bersembunyi di balik identitas aslinya.
"Tanpa adanya beban tanggung jawab, baik moral maupun material, tentu akan mendorong seseorang untuk berani mengomunikasikan apa yang terlintas dalam hati maupun pikirannya secara spontan, tanpa harus mempertimbangkan konsekuensinya," jelas Endang kepada KompasTekno.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.