Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Smartphone Naik dan Laptop Langka, Ini Biang Keladinya

Kompas.com - 05/04/2021, 09:01 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Sumber Reuters

Sanksi pada produsen China

Perseteruan antara dua negara adidaya dunia, Amerika Serikat dan China, sudah menjadi rahasia umum. Keduanya kerap memberlakukan kebijakan untuk menjegal lawannya agar tidak banyak berkutik ketika berada di negaranya.

Misalnya yang dilakukan pemerintah AS yakni dengan memasukkan sejumlah perusahaan asal China ke daftar hitam perdagangan, investasi, hingga entity list.

Baca juga: Daftar Perusahaan Teknologi Asal China yang Didepak Donald Trump

Tak ayal beragam sanksi yang disiapkan untuk perusahaan-perusahaan China juga semakin memperburuk krisis stok chip, khususnya di dalam negeri AS itu sendiri.

Yang awalnya hanya berimbas pada industri otomotif kini telah menyebar ke industri lainnya, termasuk smartphone dan alat rumah tangga.

Ternyata, usut punya usut, produksi chip semikonduktor global sebagian besar masih dibuat di wilayah Asia. Produsen terkemuka seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd (TSMC) dan Samsung diketahui menangani produksi untuk ratusan perusahaan chip yang berbeda.

Perusahaan semikonduktor AS memang menyumbang 47 persen dari penjualan chip global, namun hanya 12 persen dari produksi global dilakukan di AS.

Bahkan produsen chip raksasa asal AS, Qualcomm juga diketahui membuat chip menggunakan berbagai komponen dari pabrikan semikonduktor seperti China’s Semiconductor Manufacturing International Corporation dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co.

Qualcomm sendiri dikabarkan kesulitan memasok chip Snapdragon ke para vendor rekanannya karena angka permintaan yang lebih tinggi ketimbang pasokan yang dimiliki oleh perusahaan. 

Baca juga: Prediksi Foxconn soal Kelangkaan Pasokan Chip di Dunia

Kurangnya investasi pada bisnis semikonduktor

Fenomena stok chip global langka ini juga akhirnya mengungkap kerentanan rantai pasokan semikonduktor di AS dan China.

Pemerintah AS mencoba mengatasi ini dengan menyiapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) bernama Endless Frontier Act. Melalui RUU ini, pemerintah akan menambah rencana pendanaan darurat untuk bisnis semikonduktor AS.

Presiden AS Joe Biden dilaporkan menyiapkan dana 37 miliar dollar AS (sekitar Rp 537,9 triliun) guna meningkatkan produksi chip di negara tersebut, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Reuters, Senin (5/4/2021).

Kelangkaan chip tak hanya melanda AS, melainkan China juga. Beberapa vendor smartphone China harus beralih ke perusahaan semikonduktor Taiwan untuk mendapatkan pasokan chip guna melengkapi perangkat-perangkat mereka.

Baca juga: Stok Chip Langka, Perangkat Xiaomi Bakal Naik Harga?

Merespons kelangkaan chip ini, vendor smartphone asal China, seperti ZTE, Huawei, Xiaomi dan 85 perusahaan teknologi lainnya, akhirnya membuat konsorsium baru untuk mempromosikan pembuatan chip dalam negeri.

Konsorsium chip ini akan menjadi tempat koordinasi industri-industri semikonduktor China, termasuk meningkatkan standar produk, mengembangkan teknologi, melakukan penelitian, dan sebagainya.

Pemerintah China sendiri juga telah menawarkan beragam subsidi undtuk industri chip dalam negeri dengan tujuan mengurangi ketergantungannya pada teknologi dari luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com