Kaspersky juga menemukan bahwa kode QR tidak melulu digunakan para penjahat siber. Ada pula oknum yang memanfaatkan kode QR untuk menyebarkan propaganda berisi narasi kepentingan mereka.
Di Australia misalnya, seorang pria ditangkap karena diduga "merusak" kode QR pada tanda tangan check-in di pusat Covid-19. Setelah dipindai, ternyata korban diarahkan ke situs anti-vaksinasi.
Baca juga: Cara Mengaktifkan Verifikasi Dua Langkah Facebook agar Tidak Kena Phising Tag Link Porno
Kaspersky memberikan beberapa tip yang bisa dilakukan untuk menghindari jebakan kode QR palsu. Pertama, jangan pindai kode QR dari sumber yang mencurigakan.
Kedua, perhatikan betul-betul tautan yang muncul saat memindai kode QR. Apabila URL berisi tautan pendek, tidak ada salahnya untuk lebih berhati-hati. Sebab, menurut Kaspersky tidak ada alasan apapun untuk mempersingkat tautan di kode QR.
Sebaiknya cari situs yang dikehendaki melalui browser agar lebih aman.
Ketiga, lakukan cek fisik lebih dulu untuk kode QR yang ada di poster, pamflet atau sejenisnya untuk memastikan bahwa kode QR yang terpasang bukan tempelan.
Terakhir, sebisa mungkin jangan sembarangan untuk menyebarkan kode QR di media sosial karena umumnya kode berisi informasi sensitif, seperti nomor tiket elektronik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.