Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Perkembangan NFT di Indonesia, dari Awal Mula hingga Muncul "Ghozali Effect"

Kompas.com - 28/02/2022, 09:35 WIB
Lely Maulida,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Meski dikenal sejak tahun-tahun sebelumnya, popularitas NFT memuncak di Indonesia pada awal 2022, salah satunya berkat Ghozali.

"Ghozali effect" bahkan dinilai membuka mata publik bahwa teknologi ini dapat diterima khalayak. Selain itu, Ghozali effect juga mendorong kesadaran masyarakat dan popularitas NFT.

Sayangnya, popularitas NFT di Indonesia dinilai belum imbang dengan pengetahuan masyarakat akan aset digital tersebut.

Oleh karena itu, muncul gap yang menghasilkan kesalahpahaman di tengah masyarakat sehingga terjadi penyalahgunaan momentum puncak NFT di Tanah Air.

Salah satunya ditunjukkan dengan adanya masyarakat yang menjual KTP yang notabene adalah identitas pribadi, sebagai NFT.

Baca juga: Dokter Bedah Digugat gara-gara Jual NFT Foto X-ray Pasien

Untuk itu, menurut Teguh dibutuhkan edukasi kepada masyarakat baik terkait teknologi NFT, aturan main hingga etikanya.

"Fenomena selfie dengan KTP menjadi NFT merupakan hal yang tidak lazim, karena kita tahu bahwa KTP itu kan secara etika tidak bisa dibagikan dan diperjualbelikan," kata Teguh.

"Edukasi kepada masyarakat yang dibutuhkan saat ini tidak hanya pada teknologi atau industrinya, tetapi juga human behaviour secara mendasar atas apa hal-hal yang layak dijadikan NFT ataupun tidak," lanjut Teguh.

Perkembangan NFT di Indonesia menurut teori

Sementara itu Pakar Budaya dan Komunikasi Digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan mengaitkan fenomena NFT di Indonesia dengan teori Critical Mass.

Teori ini menggambarkan bahwa dalam konsep konsumsi kolaboratif, sebuah platform harus mampu memberikan pilihan yang beragam demi merangkul konsumen.

Inti dari teori ini berkaitan erat dengan aspek ketersediaan, sehinga antara permintaan dan penawaran harus mampu dipenuhi oleh platform terkait.

Dalam kacamata Firman, jumlah kesertaan orang baik penjual maupun pembeli, belum mencapai titik kritis.

Artinya, belum banyak atau masif orang yang mau ikut terjun ke dunia NFT. Untuk itu, para pengembang mendorong kisah-kisah sukses seperti Ghozali agar semakin banyak orang melirik atau mengoleksi NFT.

"Karena semakin banyak orang yang masuk akan semakin menggairahkan pasar, sehingga diciptakan cerita-cerita sukses seperti Ghozali," kata Firman.

Baca juga: Profil Devin Finzer, Co-Founder dan CEO OpenSea yang Jadi Miliarder Berkat NFT

"Akhirnya cerita sukses ini bergulir dan terjadi kegairahan luar biasa. Dalam seminggu, banyak yang rilis NFT-nya seperti KTP, foto koruptor sampai artis. Ini pasar bergerak, Ini perkembangan yang kita lihat," imbuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com