Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika ChatGPT Memberi Jawaban "Halu" di Bali...

Kompas.com - Diperbarui 29/08/2023, 08:33 WIB
Oik Yusuf,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Bahaya misinformasi oleh AI

"Halusinasi AI", menurut Kamluk, awalnya mungkin terlihat lucu karena melantur, tapi hal ini bisa berujung pada misinformasi yang berbahaya.

Kesalahan satu karakter dan penulisan program saja, misalnya, bisa membuat program crash alias tak bisa berjalan. Lebih bahaya lagi kalau soal hal-hal seperti pertanyaan terkait kesehatan. Jawaban salah bisa berakibat fatal.

Celakanya, lanjut Kamluk, jawaban mengarang indah dari "halusinasi AI" bisa tak disadari oleh pengguna yang kemudian mengunggah jawaban itu ke internet.

Jawaban ngawur tersebut lantas bisa dijadikan acuan oleh AI lain yang mengumpulkan data dari internet dalam proses training. Lalu prosesnya berulang lagi sampai berkali-kali. Akibatnya, misinformasi pun bisa menyebar luas.

Untuk mencegah hal ini, Kamluk mengatakan bahwa para pengembang AI dan regulator perlu menerapkan aturan main dan standarisasi dalam mengembangkan kecerdasan buatan.

Baca juga: Cara Mengenali Penipuan Mama Minta Pulsa Versi Deepfake

"Harus ada aliansi antar-pengembang AI untuk mencegah 'polusi informasi' macam itu," ujar Kamluk. "Mesti ada legislasi juga agar ada landasan hukum supaya para pengembang dan penegak hukum bisa bekerja sama dengan lancar".

Untuk sekarang, menurut dia, pengembangan AI masih dalam tahap awal sehingga para pelaku industrinya masih berjalan sendiri-sendiri dan meraba-raba, termasuk juga regulator. Namun, sebagian pengembang seperti OpenAI (ChatGPT) disebutnya sudah mulai membuat standarisasi pengembangan AI.

Kendati masih tersandung di sana-sini, Kamluk mengaku optimis AI bakal memberi lebih banyak manfaat bagi manusia di masa depan, alih-alih mudarat.

"Saya pikir AI akan meningkatkan kehidupan kita. Bukan menghilangkan pekerjaan, tapi mengoptimalkan aktivitas dengan memberi solusi-solusi baru," ujarnya. "Saya percaya masa depan manusia cerah (dalam hal AI), tapi memang sekarang masih banyak ketidakpastian."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com