"Ke mana orang-orang? Pindahkan ini! Ini harus selesai malam ini," kata Musk, sebagaimana dikisahkan Isaacson.
Padahal menurut Isaacson, hal tersebut mungkin tidak akan pernah terjadi di pabrik serupa seperti Boeing.
Di sisi lain, Elon Musk memang menderita sindrom Asperger, yaitu kelainan saraf yang membuat pengidapnya sulit bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Namun, ia percaya bahwa mengungkapkan empatinya ke karyawan hanya akan memperlambat misinya.
"Dia mengaku kepada saya 'ya, saya tidak punya banyak empati. Saya tidak seperti Anda, saya tidak ingin orang di depan saya mencintai saya. Saya harus menyelesaikan misi ini'," cerita Isaacson.
Terlepas dari sejumlah kepribadiannya itu, Elon Musk cukup berperan mengubah dunia. Misalnya memicu transisi global ke mobil listrik berkat Tesla, hingga wahana antariksa yang terjangkau berkat kecanggihan SpaceX.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.