Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gamer Profesional Jepang Sebut Pria Pendek Tidak Pantas Hidup

Kompas.com - 21/02/2022, 19:09 WIB
Bill Clinten,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Sumber Kotaku

KOMPAS.com - Pemain game profesional (pro player) asal Jepang, Tanukana, dipecat dari timnya setelah menyinggung tinggi badan pria di media sosial.

Ia mengatakan bahwa pria yang pendek atau memiliki tinggi kurang dari 170 cm tidak memiliki hak atau tak pantas untuk hidup.

Hal itu ia ucapkan dalam sebuah tayangan langsung alias live stream pekan lalu. Dalam tayangan tersebut, ia menambahkan bahwa mereka yang tergolong pendek harus menjalani operasi peninggi badan.

Karena pernyataannya ini, ia dikeluarkan dari organisasi e-sports asal kota Osaka yang menaunginya, yaitu Cyclops Athlete Gaming.

Baca juga: Jepang Buka Sekolah E-sports Pertama dengan Kurikulum Khusus

Ungkapan yang dilontarkan pemain e-sports yang biasa berkompetisi dalam game Tekken ini mungkin bisa diterima di beberapa negara dan mungkin bisa dianggap sebagai candaan atau meme semata.

Namun di Jepang, "candaan" ini bisa menyakiti perasaan orang lain dan dapat dikategorikan sebagai diskriminasi terhadap sekelompok orang. Apalagi, menurut data Healthline, rata-rata tinggi orang di Jepang memang berkisar 170,8 cm.

Belum diketahui apa alasan Tanukana memberikan mengatakan hal seperti itu di ruang publik. Namun, ia memang sering melontarkan berbagai hal yang tidak pantas dikatakan saat live streaming.

Di video YouTube berbahasa Jepang yang bisa diakses di tautan berikut ini, misalnya, ia sempat mengatakan bahwa perempuan yang memiliki payudara kecil juga tak pantas untuk hidup.

Kemudian pada 2020 lalu, Tanukana juga sempat mengatakan kepada seorang penonton live streaming di kanalnya untuk "bunuh diri" dan menyebut orang tersebut sebagai "sampah masyarakat".

Baca juga: Cem Bolukbasi, Atlet F1 E-sports yang Jadi Pebalap Formula 2 Sungguhan

Permintaan maaf

Atas pernyataan tersebut, Tanukana sempat meminta maaf melalui akun Twitter-nya. Dalam postingan tersebut, ia meminta maaf dan mengatakan tak berniat untuk melontarkan ujaran kebencian pada sekelompok orang.

Namun, twit yang sudah dihapus tersebut tampaknya belum diterima oleh para warganet di Jepang lantaran Tanukana disebut tak meminta maaf dengan serius.

Beberapa waktu kemudian, Tanukana kembali meminta maaf secara resmi melalui sebuah utas di Twitter. Permintaan maaf tersebut ia sampaikan kepada para penggemar serta seluruh pihak yang mensponsorinya.

 
"Saya meminta maaf kepada para penggemar dan sponsor saya atas perbuatan saya yang ceroboh, yang menimbulkan ketidaknyamanan publik," kata Tanukana dalam sebuah twit berbahasa Jepang.
 
"Sebagai pemain e-sports profesional dan sebagai masyarakat yang baik, saya sangat menyesal dan meminta maaf atas seluruh perbuatan saya," imbuh Tanukana.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Kotaku, Senin (21/2/2022), pemain game profesional diakui sebagai pekerjaan resmi dan diakui oleh pemerintah di Jepang.

Menurut Japan Esports Union, seseorang yang serius menekuni bidang e-sports harus memiliki kesadaran diri untuk menjadi seseorang yang profesional di bidangnya.

Baca juga: MPL ID Masuk Daftar Kompetisi E-sports Terpopuler Dunia 2021

Sikap profesional ini mungkin bisa diterapkan di dalam game, seperti bermain sportif, atau bisa juga di kehidupan sehari-hari, seperti berperilaku baik di ruang publik.

Sehingga perilaku Tanukana tadi mungkin dianggap sebagai sikap yang tidak profesional dan wajar saja apabila berujung pada pemutusan kontrak dengan organisasi e-sports yang menaunginya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com