Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Satria-1 Meramaikan "Hutan“ Satelit Buatan Manusia

Kompas.com - 27/06/2023, 16:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SATELIT komunikasi multi fungsi berteknologi VHTS (very high throughput satellite) Satria-1 milik Indonesia berhasil diluncurkan roket SpaceX9 dari Kennedy Space Center, Florioda, Senin (19/6) pagi WIB.

Roket yang membawanya sudah melontarkannya dengan kecepatan 40.000 km/jam sejak menit ke-42 setelah roket mengudara, ke posisi geostasioner setinggi sekitar 36.000 km di khatulistiwa di atas Papua.

Berat 4,6 ton dan panjang 6,5 meter, satelit Satria-1 komunkasi internet terbesar di Asia dan nomor lima di dunia.

Kapasitasnya 150.000 GB, menjangkau 150.000 titik Nusantara utamanya di 3T (tertinggal, terluar dan terdepan) semisal Papua, sebagian NTT dan Kalimantan.

Ada beda VHTS Multifungsi Satria-1 dengan satelit konvensional yang jejaknya, foot print-nya, meliput seluruh kawasan cakupan, merambah sampai hutan dan lautan.

Satelit VHTS mengarahkan sinyal radionya ke target-target tertentu di Bumi, yang namanya spot beam.

Namun kebutuhan akses internet saat dibangun pada 2018 hanya 1Mbps/titik kini aktualnya 4 Mbps, akibatnya yang bisa disambung ke Satria-1 hanya 50.000 titik.

Bakti Kominfo akan menyediakan akses VSAT (very small aperture terminal) untuk 30.000 sampai 50.000 titik layanan di 166 spot beam.

Spot beam ini seperti cakupan BTS, tetapi tidak berdempetan bahkan mungkin berjauhan. Bandingkan dengan jumlah BTS milik operator seluler yang masing-masing bisa punya 40.000 BTS sampai 200.000 BTS di seluruh kawasan Tanah Air.

Tidak masalah juga, karena di triwulan 4 nanti akan diluncurkan lagi satu satelit HBS (hot backup) yang kapasitasnya sama, namun lebih murah harganya dibanding Satria-1.

Satelit HBS yang dibangun Boeing dan akan diluncurkan roket SpaceX 9 ini harganya tidak sampai Rp 5 triliun, sementara Satria-1 Rp 8 triliun.

Buatan manusia

Di alam semesta ini sejak awal memang ada satelit, benda angkasa atau planet yang mengitari planet “induk”-nya. Misalnya, Bulan yang mengitari Bumi kita, atau Bumi yang mengitari Matahari.

Dari tata surya kita, Matahari punya 8 planet, enam di antaranya punya satelit, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Planet tanpa satelit Mercurius dan Venus.

Manusia sejak pertengahan abad lalu meluncurkan satelit buatan untuk berbagai kebutuhan, tidak hanya telekomunikasi tetapi juga pemantauan cuaca, pemantau lokasi (GPS – global positioning satellite), pertahanan, intelijen dan sebagainya. Jumlah satelit buatan manusia yang masih beroperasi sekitar 7.700.

Posisi satelit macam-macam, ada yang GEO, geostationer earth orbit di ketinggian 35.876 km dari permukaan bumi, lalu MEO, medium earth orbit yang beroperasi secara sirkuler pada ketinggian 8.000 km hingga 20.000 di atas permukaan bumi dan LEO, low earth orbit, di ketinggian 400 km hingga 2.000 km.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com