Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WhatsApp Dituduh Bocorkan Informasi Warga Palestina ke Israel, Ini Faktanya

Kompas.com - 24/04/2024, 14:00 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber 972Mag

KOMPAS.com - Jagat maya belakangan diramaikan oleh unggahan/postingan di media sosial, yang menyebut WhatsApp membagikan data pengguna di Palestina kepada militer Israel, untuk target perang.

Hal ini bermula dari laporan yang menyebut bahwa Israel mengandalkan sistem berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bernama "Lavender" untuk menargetkan orang di Jalur Gaza.

Salah satu input/parameter yang dipakai oleh AI Lavender milik militer Israel itu adalah, apakah orang itu berada di grup WhatsApp yang sama dengan orang-orang Hamas, kelompok perlawanan dari Palestina.

Dalam blog-nya, software engineer dan blogger Paul Biggar pun mempertanyakan, "dari mana mereka (pihak Israel) mendapatkan data ini (pengguna yang satu grup WA dengan terduga Hamas)?" dan "Apakah WhatsApp membagikannya?".

Paul Biggar berpendapat bahwa kedekatan antara beberapa petinggi Meta (induk WhatsApp) dengan Israel menjadi alasan militer Israel bisa mendapatkan informasi tersebut dari WhatsApp.

Baca juga: Google Pecat Puluhan Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Padahal, selama ini Meta (induk WhatsApp) mempromosikan WhatsApp sebagai jejaring sosial "pribadi", termasuk memiliki fitur keamanan enkripsi pesan "end-to-end".

Lantas, benarkah WhatsApp membagikan data penggunanya?

Kata WhatsApp

WhatsApp pun angkat bicara soal masalah ini. Juru bicara WhatsApp mempertanyakan keakuratan laporan soal WhatsApp membagikan data pengguna Palestina ke Israel.

"WhatsApp tidak memiliki backdoor dan kami tidak memberikan informasi massal kepada pemerintah mana pun," kata juru bicara WhatsApp, dihimpun KompasTekno dari Middle East Monitor, Rabu (24/4/2024).

Backdoor atau "pintu belakang" adalah metode yang memungkinkan suatu pihak  mendapatkan akses secara tidak sah ke dalam sistem atau jaringan. Backdoor dapat disisipkan pada perangkat lunak atau sistem komputer untuk memberikan akses yang tidak sah kepada pihak yang memasangnya.

Dengan kata lain, WhatsApp membantah bahwa pihak luar (dalam hal ini militer Israel) bisa mengakses data pengguna lewat backdoor, dan tidak pula memberikan informasi penggunanya secara massal ke pemerintah mana pun, termasuk Israel.

Meta menegaskan bahwa pihaknya memberikan laporan transparansi yang konsisten selama lebih dari satu dekade. Laporan tersebut mencakup keadaan tidak umum ketika ada suatu pihak (biasanya pemerintah) meminta informasi WhatsApp. Laporan transparansi selanjutnya akan hadir bulan depan.

Baca juga: Apa Itu Enkripsi WhatsApp dan Bagaimana Cara Kerjanya?

"Prinsip kami tegas – kami meninjau, memvalidasi, dan menanggapi permintaan penegakan hukum dengan cermat berdasarkan hukum yang berlaku dan konsisten dengan standar yang diakui secara internasional, termasuk hak asasi manusia," kata juru bicara WhatsApp.

Juru bicara WhatsApp menambahkan, WhatsApp setuju bahwa privasi lebih dari sekedar enkripsi end-to-end.

Itulah sebabnya, WhatsApp mengaku terus bekerja keras untuk melindungi informasi terbatas yang tersedia bagi pihaknya. WhatsApp juga akan terus membangun lebih banyak fitur untuk melindungi informasi orang-orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com