Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Munir dalam Kerangka Keindonesiaan

Kompas.com - 22/09/2011, 01:59 WIB

Mochtar Pabottingi

Ada tiga pertimbangan penting mengapa kita harus teguh menuntut keadilan bagi saudara kita, Munir.

Pertama, jika Munir yang namanya menasional-mendunia itu bisa dizalimi begitu keji secara terang-terangan, apatah lagi tiap kita, warga negara lainnya. Kedua, pembunuhan keji terhadap Munir bisa berefek melecehkan atau menegasikan makna sosok perjuangannya, yang bagi kita sungguh mulia. Ketiga, dan terpenting, sosok perjuangan Munir sama sekali tak bisa dilepaskan dari ideal-ideal tertinggi yang melahirkan, menjadi tumpuan, sekaligus menjadi tujuan negara kita.

Pertimbangan pertama dan kedua sudah nyata. Pertimbangan ketiga mengandung sesuatu yang ultima, suatu kerangka yang mutlak perlu dipampangkan agar kita bisa mempertandingkannya dengan kemungkinan motif atau dasar pembenaran aktor utama pembunuhnya.

Jika benar, sekali lagi jika benar, aktor itu seorang aparat negara dari suatu lembaga resmi negara—sebagaimana arah yang jelas ditunjukkan dalam proses pengadilan sebelum mengabur ajaib—motif atau dasar pembenaran apakah yang dia miliki? Jika betul si aktor bertindak demi negara, bagaimanakah dia memahami arti negara atau negara manakah yang dijunjungnya?

Cita-cita keindonesiaan

Kedua pertanyaan di atas bisa terjawab jika kita menguraikan makna atau sosok perjuangan Munir Said Thalib. Sebagian besar penguasa menandai dan menempatkan Munir semata sebagai ”aktivis LSM” yang berkecimpung di bidang hak asasi manusia (HAM). Lantaran dia aktivis LSM yang sering dibantu donatur asing, kegiatannya dipandang merongrong pemerintah. Kesetiaan dia kepada negara pun dipertanyakan. Sedikit sekali yang arif menempatkan sosok perjuangannya dalam kerangka ideal-ideal atau dasar-dasar kesepakatan kita sebagai bangsa.

Sosok perjuangan Munir bersenyawa sepenuhnya dengan kebajikan politik perenial-universal yang terkandung dalam proyek supraluhur kita sebagai bangsa. Lantaran ketegaran, konsistensi, dan ketercerahan visinya dalam memperjuangkan hak-hak asasi bagi bangsanya, Munir telah mengangkat diri dan profesinya sedemikian rupa dalam kerangka kemanusiaan, kebenaran, dan keadilan yang pada hari-hari ini di Tanah Air kian mengerdil.

Dari ketiga ideal di atas, sosok perjuangan Munir otomatis bermuara dalam ideal-ideal kemerdekaan, republik, dan cita-cita keindonesiaan kita. Munir terlalu rendah hati untuk memaparkan sendiri betapa tinggi koherensi perjuangannya. Adalah tugas dan kewajiban kita untuk menangkap, memahami, dan mengungkapkannya kepada publik.

Munir memberikan teladan nyata bahwa berepublik berarti berbagi dan berkiprah dalam kesetaraan demi cita-cita politik perenial. Dialah simbol penolak terdepan dari tiap pengastaan antarwarga negara. Dialah penantang paling berani dari privilese-privilese kekuasaan yang korup dan biadab. Saya yakin, Munir juga tahu bahwa negara tak lain dari derivasi serta alat berbangsa. Pancasila adalah falsafah dan rumusan paling sejati dari bangsa kita. Begitulah, maka Pancasila dijadikan ideologi negara, yang berarti bahwa negara harus senantiasa berkiprah dalam batas rambu-rambunya. Negara berada di bawah dan mestilah selalu ditundukkan kepada bangsa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com