Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yerry Niko Borang
Aktivis Keamanan Digital

Pemerhati keamanan digital yang tinggal di Yogyakarta. Selama beberapa tahun terakhir bersama organisasi EngageMedia.org ia aktif menyebarluaskan kesadaran dan sejumlah panduan utama soal keamanan digital. Bersama berbagai organisasi dan jaringan juga turut membangun kelompok respons cepat bagi kasus-kasus peretasan dan penerobosan keamanan digital.

kolom

Melindungi Diri di Ruang Digital dengan VPN

Kompas.com - 01/04/2021, 11:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Alasan serupa pernah digunakan juga untuk memblokir sejumlah situs yang dituduh “berkonten LGBT”.

Pemblokiran dilakukan atas basis moral sekenanya tanpa landasan hukum yang jelas, apalagi adil.

3. Menerabas pemblokiran situs

Jika tadi kita telah membahas alasan-alasan populer seputar penggunaan VPN, ada pula alasan lain yang cukup bersejarah.

Kita mengenal pembatasan akses media sosial pernah terjadi di negeri ini. Pembatasan media sosial membuat warganet yang sudah terlanjur lekat dengan media sosial mencari jalan agar tetapi bisa menggunakan layanan tersebut.

Misalnya, semenjak Reddit, Vimeo, dan sejumlah layanan lain diblokir, tak pelak memaksa warga mencari jalan lain salah satunya dengan menggunakan VPN.

4. Pembatasan penggunaan situs

Selama Mei 2019 saat demonstrasi penolakan pasca-pengumuman hasil pemilihan presiden, masyarakat Indonesia mendapati sejumlah layanan media sosial tidak berfungsi.

Kala itu, sejumlah aplikasi dan layanan hampir tidak bisa dijalankan atau setengah berfungsi khususnya untuk berkirim media baik gambar, suara maupun video.

Hal ini berlanjut di tengah meluasnya demonstrasi di Papua pada Agustus 2019, di mana layanan internet bahkan dipadamkan.

Pentingnya dapat mengakses media sosial bagi warga bukan hanya sekadar tidak bisa membarui status. Media sosial telah berkelindan dengan bisnis dan aspek kegunaan lain, bahkan hingga digunakan para guru dalam proses pendidikan.

Misalnya para guru yang menggunakan Facebook untuk mempermudah koordinasi dengan para muridnya.

Bagaimana memilih dan menggunakan VPN yang aman?

Kita lihat di sini muncul semacam lingkaran setan: situs diblokir, masyarakat lari ke VPN dan karena masyarakat terus bisa mengakses sejumlah layanan, maka blokir menjadi semakin luas dan seterusnya.

Terdapat banyak kekhawatiran soal penggunaan VPN ini karena kebingungan memilih layanan VPN yang aman.

Tak disangkal, banyak penyedia VPN yang menyadap serta membocorkan data pribadi pengguna.

Rilis Telkom menyebutkan bahwa dari 283 layanan VPN 38 persen dari sampel VPN mengandung malware. Nama-nama VPN gratis mendominasi daftar tersebut, meskipun tidak berarti VPN berbayar adalah jaminan lebih aman daripada VPN gratis.

Konsekuensinya bisa bermacam-macam. Data yang tercuri dapat berimplikasi secara ekonomi, sosial dan politik.

Contohnya penjebolan akun keuangan di dunia maya. Aplikasi VPN yang tidak aman dan membawa malware bahkan dapat membawa petaka lebih besar dari sekedar pencurian data pengguna. Lebih jauh lagi kerusakan sistem operasi dapat terjadi pada gawai pintar ataupun komputer sehingga biaya yang ditanggung pengguna akan semakin besar.

Namun di sini kita tidak sedang menakut-nakuti pengguna VPN. Pertanyaannya apakah di luar sana ada layanan VPN yang aman?

Tentu saja, kata-kata keamanan bisa ditafsirkan luas namun penulis ingin mengajukan sedikitnya dua indikator yang memungkinkan membawa kita sampai pada VPN yang aman.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com