Namun, menanggapi munculnya nama Azimuth sebagai perusahaan yang berhasil membobol iPhone 5C justru disambut baik oleh peneliti keamanan iOS Will Strafach.
Sebab, peretas yang bekerja di Azimuth termasuk "peretas baik" alias white hat hacker yang sengaja mencari kerentanan sekuriti untuk ditambal.
“Ini adalah hal terbaik yang mungkin terjadi,” kata Strafach, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Washington Post, Sabtu (17/4/2021).
Ketika itu, FBI tengah menyelidiki kasus penembakan di San Bernardino, California, AS yang menewaskan 14 orang ini.
Serangan ini dilakukan oleh sepasang suami istri, Tashfeen Malik (27) dan Syed Rizwan Farook (28). Keduanya tewas dalam baku tembak dengan kepolisian setelah melancarkan serangan.
Sebelum melakukan serangan, Malik diketahui sempat mengunggah status di Facebook miliknya, di mana dia menyatakan kesetiaan terhadap pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi.
Baca juga: Perusahaan Israel Klaim Bisa Bobol Semua iPhone dan iPad
Dari sini, FBI menaruh kecurigaan bahwa keduanya termasuk jaringan ISIS. Untuk menyelidiki kasus ini, FBI berkeinginan untuk membobol kunci keamanan iPhone 5C milik Farook.
FBI berpendapat bahwa file yang ada di dalam iPhone 5C tersebut mungkin akan memberikan informasi yang berguna, misalnya dengan siapa pelaku berkomunikasi menjelang serangan itu.
Sebelum meminta bantuan Azimuth, Departemen Kehakiman AS dan FBI meyakini bahwa Apple selaku vendor pembuat iPhone dapat membantu membuka akses iPhone 5C itu, dan harus dipaksa secara hukum untuk mencobanya.
Pada Februari 2016, Apple mendapatkan perintah pengadilan untuk membuat software yang bisa digunakan untuk meretas sistem keamanannya sendiri.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.