Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WhatsApp dan Telegram Kompak Salahkan Apple serta Google soal Pegasus

Kompas.com - 28/07/2021, 09:58 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Isu ancaman spyware Pegasus kembali ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Beberapa waktu lalu, Amnesty International mengeluarkan laporan siapa saja yang menjadi target sasaran Pegasus.

Menurut laporan tersebut ada 50.000 nomor ponsel yang menjadi target perangkat lunak jahat itu. Targetnya adalah para petinggi negara, akivis, politisi, hingga jurnalis.

WhatsApp dan Telegram kompak menyebut Pegasus adalah ancaman nyata dan serius saat ini.

Penilaian itu muncul karena kedua platform pesan instan itu pernah memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan Pegasus.

Head of WhatsApp, Will Catchcart, lantas menyalahkan Apple dan mengatakan iPhone buatan mereka rentan disusupi Pegasus. Salah satu contohnya adalah kasus peretasan iPhone milik bos Amazon, Jeff Bezos tahun 2020 lalu.

iPhone milik Bezos dikabarkan terinfeksi spyware Pegasus setelah mendapat kiriman file media yang diduga berasal dari Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman.

Catchcart mengatakan, Apple seharusnya angkat bicara terkait ancaman Pegasus sebagaimana yang dilakukan Microsoft.

Baca juga: Ada Spyware Pegasus, Presiden Jokowi Diminta Tak Pakai WhatsApp

"Tidak cukup hanya mengatakan kepada pengguna mereka untuk tidak kahwatir dengan hal ini. Tidak cukup sekadar mengatakan bahwa 'oh ini cuma ribuan atau puluhan ribu korban'," kata Catchcart.

"Jika ini (Pegasus) 'menginfeksi' jurnalis di seluruh dunia, ini juga akan berdampak pada pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, hal itu akan mempengaruhi kita semua. Dan jika ponsel seseorang tidak aman, artinya ponsel semua orang juga tidak aman," imbuhnya.

Hal senada dilontarkan pendiri Telegram, Pavel Durov. Tidak cuma Apple, Durov juga menuding Google ikut acuh tak acuh dengan skandal Pegasus.

"Alat ini (Pegasus) bisa meretas perangkat iOS dan Android apapun dan tidak ada cara untuk melindungi perangkatmu dari ancaman ini. Tak peduli aplikasi apa yang Anda pakai, karena sistem dibobol di level yang paling dalam," jelas Durov.

Durov kemudian menghubungkan dengan informasi yang diungkap Edward Snowden pada 2013 lalu, yang mengatakan bahwa Apple dan Google adalah bagian dari program pengintaian global, yang artinya perusahaan-perusahaan ini harus memasang backdoor di sistem operasi mobile mereka.

"Backdoor ini biasanya menyamar sebagai bug keamanan, memungkinkan agen Amerika Serikat untuk mengakses informasi di smartphone manapun di dunia," kata Durov, menjelaskan pernyataan Snowden beberapa tahun silam.

NSO Group sebelumnya berkelit, mengatakan bahwa mereka hanya menjual software Pegasus ke pemerintah atau lembaga kemanan yang sah. Tapi menurut Durov, hal itu bukanlah jaminan.

"Semua orang bisa mengeksploitasinya," kata Durov.

Baca juga: Spyware Pegasus Serang Pejabat di Negara Sekutu AS

Sindiran bos Telegram

Durov mengaku bahwa salah satu nomornya telah disusupi software mirip Pegasus sejak  2018 lalu. Tapi, dia tidak terlalu khawatir karena merasa tidak ada informasi penting yang bisa dicuri.

Pria asal Rusia ini juga mengaku saat tinggal di negaranya, semua ponsel miliknya disusupi dengan berbagai cara.

"Keberadaan backdoor dalam infrastruktur dan software yang penting menciptakan tantangan yang berat bagi umat manusia. Itu sebabnya, saya menyerukan kepada semua pemerintahan di dunia untuk mulai bertindak melawan duopoli Apple-Google di pasar smartphone dan memaksa mereka untuk membuka ekosistem tertutup mereka dan menciptakan lebih banyak kompetisi," kata Durov.

Pernyataan yang sama pernah disampaikan CEO WhatsApp pada 2019 lalu dalam surat terbuka kepada pemerintah ketika muncul serangan Pegasus pada tahun yang sama.

Kendati demikian, menurut Durov pemerintah dari berbagai negara lamban merespons peringatan duopoli dan ancaman spyware tersebut. Mereka tidak melakukan apapun sampai perangkat mereka sendiri yang menjadi sasaran.

"Sejauh ini, meskipun biaya monopoli pasar meningkat dan adanya pelanggaran pribadi serta kebebasan berbicara bagi miliaran orang, pemerintah sangat lamban merespons. Saya berharap, dengan adanya berita tentang mereka yang menjadi target alat pengintai ini akan mendorong politisi berubah pikiran," jelas Durov.

Baca juga: Presiden Perancis Ganti Ponsel karena Spyware Pegasus

Apple telah merespons isu ancaman Pegasus dan mengakui bahwa serangan semacam ini adalah jenis yang sangat canggih dan butuh biaya tak sedikit untuk mengembangkannya.

Seringnya, kata perwakilan Apple, alat seperti Pegasus memiliki umur simpan yang singkat dan menargetkan individu tertentu.

Apple juga mengatakan akan menambahkan perlindungan baru untuk perangkat dan data penggunanya.

"Meskipun mereka (Pegasus) bukan ancaman bagi sebagian besar pengguna kami, kami terus bekerja keras untuk membela pengguna kami, dan kami terus menambahkan perlindungan baru untuk perangkdat dan data mereka," kata Apple dalam sebuah pernyataan, seperti yang dirangkum KompasTekno dari Phone Arena, Rabu (28/7/2021).

Sindiran Durov terhadap Apple tidak berhenti sampai di situ. Durov bahkan skeptis dengan klaim Apple tentang keamanan dan privasi sebagai prioritas, sementara perangkat Apple terus disusupi lewat satu dan banyak cara.

Pada 2019, Durov pernah mengomentasi artikel yang dimuat New York Times tentang akses pemerintah China ke data pengguna iPhone di sana. Durov mengatakan, memiliki iPhone membuat penggunanya menjadi budak digital Apple.

"Anda hanya diperkenankan menggunakan aplikasi yang Apple izinkan untuk diinstal melalui App Store, dan Anda hanya bisa menggunakan iCloud Apple untuk mencadangkan data Anda secara asli," kritik Durov kala itu.

Durov menilai hal itu memudahkan pemerintah China untuk memiliki kendali penuh atas aplikasi dan data semua warganya yang menggunakan iPhone.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com