Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Santhosh Viswanathan
Vice President – Sales, Marketing and Communication, Managing Director, Asia Pasifik Jepang, Intel C

Vice President – Sales, Marketing and Communication, Managing Director, Asia Pasifik Jepang, Intel Corporation.

kolom

Kesalahpahaman Umum tentang 5G

Kompas.com - 03/12/2021, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Peningkatan kapasitas jaringan seluler, fleksibilitas, dan latensi rendah dari 5G akan memungkinkan model-model penggunaan baru, dari pabrik cerdas (smart factory) dan kota cerdas (smart city) yang mendukung 5G hingga perangkat medis cerdas yang selalu terkoneksi.

Bahkan, 5G juga akan membantu mengkoneksikan laptop kita—tidak hanya ponsel. Pasar PC sudah menawarkan laptop yang dilengkapi dengan modul 5G. Dengan menggabungkan jaringan nirkabel berkecepatan tinggi dengan cloud, edge, dan AI, bahkan perangkat terkecil pun mampu melakukan tugas-tugas komputasi yang sangat besar, dapat memanfaatkan konektivitas yang andal untuk layanan-layanan krusial, dan memiliki akses ke informasi dan layanan secara real-time dan nyaris tanpa latensi (near zero latency).

Mitos: Penerapan 5G sama dengan generasi sebelumnya

Fakta: 5G sangat berbeda dari generasi sebelumnya – dan membutuhkan transformasi jaringan ekstensi

Dengan adanya ledakan data yang masif, jaringan kita saat ini membutuhkan transformasi untuk sepenuhnya dapat memanfaatkan 5G. Maraknya layanan streaming video dan ribuan perangkat terkoneksi yang online setiap hari berarti kita membutuhkan kapasitas yang lebih besar.

Ini seperti mencoba mendorong terlalu banyak air melalui pipa kecil. Tidak seperti standar nirkabel sebelumnya, 5G dirancang untuk menghubungkan orang dan bisnis dengan cara yang berbeda. 4G memiliki limitasi struktural yang membatasi jalur evolusinya, termasuk kanal maksimum 20 MHz, struktur Air-Interface frame yang kaku, dan numerologi yang terbatas.

Hal ini menghambat perkembangan 4G untuk bisa mencapai latensi serendah mungkin dan throughput setinggi mungkin. Untuk mengatasi berbagai kendala ini, dibutuhkan teknologi baru seperti 5G.

Jika transformasi 4G lebih merupakan permainan pengurangan belanja model (CapEx), transformasi 5G adalah tentang pengurangan belanja modal (CapEx) dan belanja operasional (OpEx).

Bermigrasi dari infrastruktur tervirtualisasi ke infrastruktur berbasis cloud adalah langkah pertama dalam transformasi jaringan menuju 5G, tetapi bukan langkah terakhir.

Sasaran bagi operator haruslah arsitektur cloud-native yang dapat mendukung pembuatan layanan baru secara cepat dan memanfaatkan efisiensi orkestrasi melalui container dan Kubernetes.

Misalnya, jika kita berpikir tentang lantai pabrik, 5G dapat menghubungkan sensor, AGV industri, robot, mesin, dan pekerja lantai di beberapa lokasi, dan banyak lagi. Kalikan jumlah kebutuhan koneksi dengan jumlah pabrik di sebuah kota, dan Anda dapat mulai melihat mengapa 5G sangat penting dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Mitos: Realisasi 5G tidak akan seperti yang digembar-gemborkan

Fakta: Ketika jaringan terus bertransformasi, adopti 5G akan terus meningkat dan mencapai potensi penuhnya selama beberapa tahun ke depan

Kita baru saja memulai implementasi 5G, tetapi sudah ada minat yang cukup besar yang ditunjukkan oleh para penyedia layanan telekomunikasi terkemuka di seluruh dunia. Investasi yang diperkirakan akan sebesar 880 miliar dollar AS dalam jaringan 5G diharapkan terjadi pada tahun 2025.

Baca juga: 5 Mitos dan Fakta Seputar Jaringan 5G

Jalan menuju 5G yang lengkap tidak akan terjadi dalam sekejap. Setiap generasi seluler diterapkan dalam beberapa fase, dengan peningkatan jaringan dan kehadiran fitur-fitur baru akan berlangsung secara bertahap dalam beberapa tahun. Bahkan, potensi penuh 4G saja membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com