Hasil investigasi itu mengatakan Facebook telah berperan dalam menyebarkan ujaran kebencian.
Sementara itu, dalam kasus pengungsi Rohingya, pengacara telah mengajukan gugatan class action pada Senin lalu di California. Gugatan itu langsung ditujukan pada induk perusahaan Facebook, yakni Meta.
Baca juga: Ini Dia Video YouTube Ampun Bang Jago yang Jadi Saksi Detik-detik Kudeta di Myanmar
Perlu diketahui, class action merupakan jenis gugatan perdata atas tindakan yang menyebabkan kerugian masal. Jadi, pihak penggungat dapat berasal dari individu yang berperan mewakili kelompok terdampak.
Sebagaimana dikutip KompasTekno dari AP News, Sabtu (11/12/2021), pengacara tersebut mengatakan kedatangan Facebook di Myanmar telah mendorong penyebaran ujaran kebencian, informasi yang salah, dan hasutan untuk melakukan kekerasan.
Ia juga menegaskan bahwa kesalahan Facebook akhirnya menjadi salah satu penyebab mendasar terjadinya genosida kelompok Rohingya.
Selain di California, pengacara di Inggris juga telah mengeluarkan pemberitahuan tentang niat mereka untuk mengajukan tindakan hukum serupa.
Kemudian, kelompok pemuda Rohingya yang berbasis di sebuah kamp pengungsian Bangladesh, mengatakan juga akan mengajukan pengaduan terpisah terhadap Meta di Irlandia.
Mereka mencoba untuk mengajukan aduan secara formal bersama organisasi pengawas, untuk meminta perusahaan agar menyediakan beberapa program remediasi di kamp.
Menanggapi kegaduhan ini pada Selasa lalu, pihak Facebook menyatakan terkejut dengan kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang Rohingya di Myanmar.
Baca juga: Facebook Lambat Hapus Propaganda di Myanmar, Zuckerberg Minta Maaf
Perusahaan juga telah membangun tim penutur bahasa Burma dan mengembangkan teknologi untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan informasi yang berbahaya di sana.
Selain itu, pihak Facebook menyatakan bahwa mereka telah melarang kelompok militer Myanmar (biasa dikenal sebagai Tatmadaw), dari platform-nya. Facebok mengatakan juga tengah menghalau kelompok yang mencoba melakukan penghasutan pada publik di Myanmar.
Di sisi lain, dari dokumen yang dibocorkan Haugen, ternyata kesalahan moderasi Facebook tidak hanya terjadi di Myanmar. Kesalahan moderasi konten juga terjadi di Afghanistan, Jalur Gaza, India, Dubai, dan Uni Emirat Arab.
Bahkan, kesalahan moderasi Facebook juga terjadi di AS. Banyak informasi yang salah dan menghasut bertebaran di Facebook, saat terjadi penyerangan Capitol oleh pendukung Donald Trump pada 6 Januari 2021. Informasi itu dilayangkan untuk menyerang pendukung Donald Trump.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.