Begitu target mencapai batas dan menjadi tidak mau menyetor lebih banyak dana, penipu biasanya bakal memutus hubungan pertemanan, percintaan, hingga komunikasi dengan korban.
Sehingga korban tidak bisa meminta penarikan uang yang sudah diinvestasikannya. Atau skenario lainnya, investasi korban dibuat seolah-olah merugi besar sehingga seluruh uang yang diinvestasikan raib.
Padahal, uang yang diinvestasikan korban sudah masuk ke rekening si penipu.
Penipu juga tak jarang memanipulasi korban dengan mengatakan bereka memiliki solusi potensial untuk kembali mendapatkan uang korban yang hilang.
Di sini, penipu akan meminta korban memberikan sejumlah uang lagi dengan alasan untuk menyelesaikan membayar pajak penghasilan terlebih dahulu, biaya pemrosesan tambahan, biaya transaksi internasional, demi bisa mendapatkan kembali uang korban.
Namun, setelah semua uang yang dikeluarkan dan janji penipu untuk mendapatkan uang yang hilang, korban tidak pernah mendapatkan uang investasinya kembali.
Setelah kobran menyadari bahwa mereka telah ditipu, para penipu sering menghina atau mengejek korban. Selanjutnya, penipu bakal menghilang dan platform investasi palsu yang dipakai dalam aksi ini bakal berhenti bekerja.
Scammer alias penipu, bakal meluncurkan platform pertukaran atau pasar cryptocurrency palsu baru di bawah URL yang berbeda dan memulai dari awal lagi penipuan dengan skema Pig Butchering kepada target lain.
FBI telah mencantumkan empat karakteristik [enipuan "Pig Butchering" yang harus dipertimbangkan orang sebagai tanda bahaya, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari BleepingComputer, Kamis (6/10/2022):
Baca juga: Edward Snowden Sebut Kripto Bukan Aset Investasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.